PLTBg Berkapasitas 4 MW Beroperasi Di Palembang

Kamis, 17 Desember 2015 | 15:48 WIB | Ferial

EBTKE -- Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen BTKE) Rida Mulyana bersama dengan Gubernur Sumatera Selatan, Alex Nurdin, General Manager (GM) Wilayah Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu PT PLN (persero) I Gusti Agung Suteja serta Presiden Direktur PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) Ekadharmajanto Kasih meresmikan dua Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) berbasis limbah cair sawit (Palm Oil Mill Effluent / POME) yang berkapasitas total sebesar 4 megawatt (MW) di Kabupaten Ogan Komerling Ilir, Palembang, Sumatera Selatan.

Peresmian dilakukan di Kabupaten Ogan Komerling Ilir, Palembang, Sumatera Selatan, Kamis, 17 Desember 2015.

"Saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada PT Sampoerna Agro Tbk beserta anak perusahaannya PT Mutiara Bunda Jaya yang telah menyelesaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas yang berasal dari limbah cair kelapa sawit yang berkapasitas masing-masing 2 MW, berlokasi di Kecamatan Mesuji dan Kecamatan Mesuji Raya, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Provinsi Sumatera Selatan serta mendukung Program Pemerintah yang menargetkan penggunaan energi terbarukan sebanyak 23 persen pada tahun 2025 dalam bauran energi nasional,"kata Dirjen EBTKE, Rida Mulyana dalam sambutannya.

Dia menambahkan, dengan terealisasinya proyek ini diharapkan dapat mempercepat penyediaan akses masyarakat terhadap energi modern dan meningkatkan rasio elektrifikasi. "Biomassa adalah jenis energi terbarukan yang paling tepat untuk penyediaan listrik ke depan, dan meningkatkan ketahanan energi nasional sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca,"kata Rida.

Kelebihan PLT Biogas berbasis limbah cair sawit, lanjut dia, antara lain yaitu dapat beroperasi 24 jam, kemudian stabil, dapat diandalkan dan tidak dipengaruhi faktor cuaca, ramah lingkungan, selain itu limbah padat (sludge) dari pabrik kelapa sawit dapat dijadikan pupuk dan terakhir listrik yang dihasilkan dari biogas ini relatif murah dibandingkan dengan teknologi listrik berbasis BBM (genset diesel atau PLTD).

Sementara itu, Presiden Direktur PT Sampoerna Agro, Ekadharmajanto Kasih menuturkan biogas merupakan jenis energi terbarukan yang tepat untuk penyediaan listrik masa depan, dan akan meningkatkan ketahanan energi nasional sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca.

Pemanfaatan limbah cair sawit melalui Pembangkit Listrik Tenaga Biogas menjadi solusi bagi daerah-daerah sekitar perkebunan yang sampai saat ini belum mendapat akses listrik PLN yang berkecukupan.

“Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki target 23 persen energi terbarukan dalam bauran energi nasional yang akan dicapai pada tahun 2025. Untuk itu, kami mendukung program akselerasi penggunaan energi terbarukan oleh Pemerintah tersebut melalui pengembangan pembangkit biogas kami di Sumatera Selatan”, jelas Eka.

Pembangkit biogas Perseroan menerapkan teknologi methane capture yang dihasilkan dari aktivitas bakteri pengurai limbah cair dari pabrik kelapa sawit yang kemudian dialirkan sebagai bahan bakar ke unit pembangkit listrik. Methane merupakan salah satu energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar fosil. Selain itu, emisi GHG yang dihasilkan dari kedua Pabrik Kelapa Sawit Permata Bunda dan Selapan jaya dapat dikurangkan sekitar 88 persen atau 65 juta kg CO2e dalam periode satu tahun.

Hingga akhir bulan November yang lalu, dua pembangkit biogas Perseroan telah berhasil melayani kebutuhan energi listrik di setidaknya 20 desa atau lebih dari 2.000 KK melalui jaringan listik PLN karena justru sebagian besar dari kapasitas terpasang disediakan untuk kebutuhan masyarakat sekitar. “Kami mendukung percepatan program elektrifikasi pedesaan yang ditargetkan tercapai 100 pada tahun 2019 oleh Pemerintah Republik Indonesia. Ini adalah langkahkonkrit dari komitmen kami sebagai pelaku energi bersih terbarukan”, tutur Eka.

“Saya percaya, langkah konkrit kita bersama dapat mendukung pembangunan berkelanjutan dan praktik agribisnis yang ramah lingkungan sesuai dengan Program Sumatera Selatan dalam meningkatkan rasio elektrifikasi bagi masyarakat dan menjadikan Provinsi Sumatera Selatan sebagai “Lumbung Pasokan Sawit Berkelanjutan”, tutupnya

 

 

 

 


Contact Center