Percepat Program Mandatori BBN, Pabrik Baru Biodiesel Diresmikan

Rabu, 6 April 2016 | 10:36 WIB | Ferial

EBTKE-- Pabrik Biodiesel PT Louis Dreyfus Company (LDC) Indonesia resmi beroperasi. Peresmian dilakukan oleh Direktur Bioenergi Sudjoko Harsono Adi yang dalam hal ini mewakili Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Rida Mulyana.

Peresmian dilaksanakan di Pabrik Biodiesel PT. Louis Dreyfus Company (LDC) Indonesia, Bandar Lampung, Rabu 06 April 2016.

Pabrik ini memiliki kapasitas terpasang 420 ribu MT setara dengan 482 ribu kilo liter (KL) per tahun.

Dalam acara peresmian tersebut, hadir pula Gubernur beserta pejabat dari Pemda Lampung, Duta Besar Swiss di Indonesia, perwakilan LDC Global maupun Asia, aparat wilayah setempat, tokoh masyarakat, pihak swasta terkait serta media lokal maupun media nasional. Dengan beroperasinya pabrik biodiesel ini, maka kapasitas terpasang Biodiesel nasional saat ini menjadi sekitar 8,7 Juta KL per tahun.

Direktorat Jenderal EBTKE memiliki program prioritas yang salah satunya adalah program mandatori Biodiesel sebagaimana yang diungkapkan Direktur Bionergi dalam sambutannya.

“Pemanfaatan Biodiesel telah dilakukan sejak tahun 2006 dan terus didorong pemanfaatannya dengan ditetapkan program mandatori Biodiesel melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015. Tren pemanfaatan Biodiesel di dalam negeri juga terus mengalami peningkatan di mana pada tahun 2013 dan 2014 sebesar 1,05 juta KL dan 1,84 juta KL”, ujar Sudjoko Harsono Adi.

Pada tahun 2015, mandatori Biodiesel ditingkatkan dari 15 persen (B15) dan ditambah lagi menjadi 20 persen atau B20 pada tahun 2016 serta B30 pada tahun 2020. Tantangan utama yang dihadapi dalam pemanfaatan biodiesel adalah adanya disparitas harga yang cukup besar antara bahan bakar minyak jenis minyak solar dengan Biodiesel yang disebabkan turunnya harga minyak dunia disertai dengan tidak tersedianya alokasi subsidi Biodiesel melalui APBN.

Namun terkait hal tersebut, setelah dibentuknya Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) pada tanggal 10 Juni 2015 telah ada solusi terkait selisih kurang Harga Indeks Pasar (HIP) minyak solar dengan HIP Biodiesel yang akan dibayar oleh Badan tersebut khususnya untuk yang dicampur dalam BBM Jenis Tertentu (PSO). Melalui mekanisme pembiayaan oleh BPDPKS, maka sejak Agustus 2015 penyerapan Biodiesel dalam negeri mulai mengalami peningkatan dimana serapan selama 5 bulan terakhir memiliki peranan sebesar 80 persen terhadap total serapan Biodiesel di sektor PSO tahun 2015.

“Pemanfaatan Biodiesel juga merupakan komitmen nyata Pemerintah untuk berperan aktif menurunkan emisi GRK dunia sebesar 29 persen pada tahun 2030 sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Presiden RI pada COP 21 Paris (Konferensi tingkat tinggi mengenai perubahan iklim)," kata dia.

Masih lanjutnya, dengan adanya pemanfaatan Biodiesel sebagai substitusi BBM solar akan memberikan penghematan devisa kepada negara serta menciptakan lapangan kerja (on farm maupun off farm).

“Dengan adanya fasilitas produksi Biodiesel di Provinsi Lampung dan kuatnya platform bisnis yang dimiliki oleh PT. LDC Indonesia, tentunya kami berharap keberlanjutan produksi dan pasokan Biodiesel dari Lampung dapat memenuhi kebutuhan Biodiesel yang terus meningkat,” pungkas Sujoko.

LDC Grup mempunyai pengalaman yang luas dalam memproduksi biodiesel dan perdagangan komoditi industri. Pada level global, LDC Grup memiliki 3 fasilitas produksi Biodiesel yaitu di Lagos, Argentina (kapasitas 1800 MT/hari); Claypool, USA (kapasitas 900 MT/hari); dan Wittenburg, Jerman (kapasitas 600 MT/hari). Dengan adanya fasilitas produksi Biodiesel di Provinsi Lampung dan kuatnya platform bisnis serta jejaring yang cukup luas yang dimiliki oleh PT. LDC Indonesia yang merupakan PMA sebagai bagian LDC Grup, maka diharapkan keberlanjutan produksi dan pasokan biodiesel dari Lampung dapat memenuhi kebutuhan Biodiesel nasional yang terus meningkat.


Contact Center