Menteri ESDM : Listrik Jendela Peradaban

Kamis, 21 April 2016 | 14:31 WIB | Ferial

EBTKE-- Pembangunan prasaranan ketenagalistrikan perdesaan di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK) dianggap tidak ekonomis secara bisnis hingga sepi investor.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (MESDM) Sudirman Said menjelaskan alasannya macam-macam, bisa karena prasarana jalan dan akses transportasi yang buruk. "Bisa pula karena masih lemahnya sumber daya manusia dan pendanaan,"kata dia ketika mengunjungi PLTMH Wilkmakh di Temel Sosian, Papua Barat, Kamis, 21 April 2016.

Padahal, lanjut dia, jika listrik masuk desa, hal utama rakyat akan mendapat akses penerangan yang lebih baik, selain itu kegiatan belajar-mengajar bisa berlangsung siang-malam, tanpa jeda ."Sesudah itu, penggunaan alat-alat rumah tangga berenergi listrik akan mempermudah hidupnya. Usaha-usaha berskala rumah tangga tumbuh,"papar Sudirman.

Menurut dia, dengan demikian taraf kesehatan meningkat karena semakin banyak penggunaan alat-alat kesehatan modern yang membutuhkan listrik.

“Pendeknya, listrik itu vital sebagai jendela peradaban, pendorong ekonomi, kesehatan, pendidikan, hingga ketahanan," ujar Sudirman. Negara, tambahnya, lantas memfasilitasi mekanisme penyediaan infrastruktur, feed-in-tariff (FIT), dan subsidi harga untuk mendorong kelayakan ekonomi pembangunan listrik pedesaan.

“Kita perlu memberikan perhatian lebih khusus kepada masyarakat di desa-desa DTPK supaya mereka dapat segera mengenyam listrik. Tanpa kebijakan dan aksi yang berpihak padanya, mustahil listrik terakses sesuai target yang telah dicanangkan,” katanya.

Sudirman coba menyandingkannya dengan kampanye “jam bumi” (earth hour) dimana saat earth hour, meski hanya satu jam, masyarakat di kota-kota besar Indonesia tak sabar menanti-nanti kapan listrik menyala kembali. "Bayangkan saudara-saudara kita di wilayah Indonesia timur, selama ini mereka sampai tak pernah terpikir dan tak tahu kapan listrik akan hadir di desanya,"kata dia.

Berkaca dari kondisi tersebut, dia menyayangkan jika masih ada pihak-pihak yang menentang atau hingga berunjuk rasa mempersoalkan program Pemerintah melistriki DTPK (seperti di Maybrat) melalui penguatan regionalisasi PLN. “Itu sama saja dengan menentang hak mengakses listrik bagi desa-desa yang masih belum ada jaringan listriknya," pungkas Sudirman.

PLTMH Wilkmahkh

Kabupaten Maybrat mencakup 41 distrik, ibukotanya Kumurken. Kecuali di Ayamaru (bekas ibukota kabupaten), hingga kini listrik PLN belum hadir sama sekali. Jarak terdekat dengan jaringan PLN 15 kilometer. Untuk penerangan, masyarakat masih mengandalkan genset yang didistribusikan oleh Pemerintah Kabupaten Maybrat.

PLTMH Wilkmahkh yang dibangun Kementerian ESDM merupakan contoh pemanfaatan energi setempat untuk listrik. Di atas aliran Sungai Soan yang debit airnya tidak pernah surut, meski di musim kemarau, dibangun dua unit pembangkit listrik bertenaga hidro dengan kapasitas 280 kwp. Dua unit mesin pembangkit ini mampu melistriki 174 rumah di 4 desa Distrik Ayamaru Jaya, yaitu: Temel, Sosian, Soan, dan Warbo.

Pada 2016 ini pula, Kementerian ESDM akan membangun tiga unit PLTS-terpusat baru di Kabupaten Maybrat, yakni di Distrik Aifa Barat. Ketiganya direncanakan akan melistriki 12 desa, yaitu Bori, Bori Timur, Bori Selatan, Bori Utara, Bori Barat, Kocuas, Kocuas Utara, Kocuas Timur, Kokas, Kocuer, Kokas Selatan, dan Fait Sawe.


Contact Center