Budaya Hemat Energi Sejak Usia Dini

Senin, 2 Mei 2016 | 11:48 WIB | Ferial

EBTKE -- Anak–anak pasti sudah sering mendengar istilah pemanasan global yang disebabkan oleh meningkatnya kandungan gas rumah kaca di atmosfir kita. Gas rumah kaca bisa berasal dari asap kendaraan bermotor, industri, maupun pembangkit listrik yang pada umumnya menggunakan energi fosil. Semakin banyak energi fosil yang kita gunakan maka semakin banyak pula gas rumah kaca yang dikeluarkan ke atmosfir.

Pemanasan global ini berdampak kepada terjadinya perubahan iklim dan perubahan cuaca yang sangat ekstrim seperti yang saat ini sudah mulai kita rasakan bersama. Topan badai, banjir, kekeringan yang berkepanjangan merupakan contoh-contoh dari dampak yang terjadi karena perubahan iklim.

Selain itu, perubahan iklim juga menyebabkan Pak Tani kita kesulitan untuk menentukan waktu yang baik untuk bercocok tanam karena terjadi perubahan musim panas dan musim hujan. Untuk membantu mengurangi pemanasan global dan untuk menjaga cadangan energi fosil dapat kita nikmati ke depan, kita harus melakukan upaya-upaya penghematan energi.

Kegiatan penghematan energi adalah kegiatan yang mudah dan menyenangkan yang dapat kita lakukan sehari-hari baik di rumah maupun di lingkungan sekolah. Contoh yang umum terjadi antara lain kita sering lupa mematikan lampu jika sudah tidak diperlukan, bahkan kadang di siang haripun lampu masih menyala, padahal tidak dibutuhkan. Contoh lain adalah mengganti lampu pijar dengan lampu hemat energi. Ini adalah hal-hal sederhana yang kadang tidak kita sadari, tetapi kalau kita bisa merubah perilaku ini maka kita bisa menghemat energi dalam jumlah yang cukup besar.

Hasil kajian yang dilakukan Kementerian ESDM menunjukkan bahwa dengan konservasi energi, maka potensi penghematan bisa mencapai 35 persen. "Untuk itu, sosialisasi kepada anak-anak usia SD ini merupakan salah satu upaya Kementerian ESDM menanamkan paradigma hemat energi sejak dini kepada anak-anak, sekaligus untuk membangun generasi baru yang hemat energi", jelas Arief.

Kita menyadari bahwa perubahan perilaku adalah hal yang paling mudah dan murah, tetapi sangat sulit untuk dilaksanakan. Untuk merubah perilaku diperlukan usaha yang sungguh-sungguh. Kita harus melakukannya secara berulang-ulang dan terus menerus sehingga perilaku tersebut menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi budaya kita. Walaupun sulit, kita pasti bisa melakukan perubahan perilaku ini. (NB)

 


Contact Center