Ditjen EBTKE Gelar Diskusi Penyusunan Roadmap Pengembangan Energi Terbarukan Tenaga Air dan Surya

Senin, 6 Mei 2019 | 10:20 WIB | Humas EBTKE

BOGOR – Untuk mendukung percepatan pengembangan energi baru terbarukan, Direktorat Jenderal EBTKE menggelar kegiatan Diskusi bersama pemangku kepentingan terkait membahas penyusunan Roadmap Pengembangan Energi Terbarukan, khususnya energi hidro/air dan surya pada Jumat lalu (3/5) di Bogor.

Tujuan penyusunan roadmap ini antaralain untuk menciptakan pasar, mengidentifikasi dan mengimplementasikan teknologi energi terbarukan yang terbaik untuk diterapkan, mengidentifikasi kebijakan dan peraturan yang dibutuhkan, serta menyiapkan data dan informasi rinci proyek kepada investor, lembaga pembiayaan, pengembang/developer, perusahaan jasa, pemerintah dan Pemerintah Daerah dan masyarakat.

Dalam penyusunan roadmap ini akan dibentuk tim dengan fokus pendekatan, yaitu teknologi, ekonomi (dana murah) dan kebijakan/regulasi. Dalam sesi diskusi, Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Harris mengungkapkan bahwa, “Dengan adanya roadmap nanti, hasil kerja kita bersama ini akan menjadi dokumen bersama, yang bisa kita gunakan sebagai informasi, potensi proyek EBT itu ada dimana saja, berapa investasinya, bagaimana regulasinya dan monitoring perkembangannya. Diharapkan bahwa nanti di dalam roadmap ini kita bisa mengindentifikasi list proyek yang kita buat itu kapan harusnya masuk, kapan COD, dan sebagai prediksi kapan untuk mulai diproses”, ujar Harris.

Kegiatan diskusi ini digelar dalam dua sesi. Sesi pertama yang dilaksanakan pagi hari, fokus dalam pembahasan Roadmap EBT tenaga air, dan pada sesi siang, kegiatan diskusi berfokus pada tenaga surya. Pemangku kepentingan yang hadir turut memberikan pandangan dan pendapat nya guna penyusunan Roadmap ini. Perwakilan dari Badan Perencanaan Pembanguna Nasional (Bappenas) menyampaikan masukan dalam sesi tenaga air, bahwa kemampuan sumber daya manusia dan teknologi Indonesia untuk pengembangan PLTA skala kecil sangat siap. Indonesia dapat berperan sebagai leader dalam pengembangan PLTA skala kecil. Perwakilan dari GIZ menyatakan pula, pada periode 1980-1990, GIZ melalui program transfer teknologi, membantu pengembangan turbin skala kecil di Indonesia, bahkan pabrikan turbin tersebut telah mampu mengekspor beberapa turbin ke luar negeri.GIZ menyatakan kesiapannya untuk membantu pengembangan turbin skala besar di Indonesia, namun dibutuhkan data terkait pabrikan Indonesia yang siap untuk program tersebut.

 

Terkait energi surya, Direktur Jenderal EBTKE, F.X. Sutijastoto menyampaikan bahwa untuk mencapai target bauran energi surya sebesar 6,5 GW pada tahun 2025 selain RUPTL, perlu dikembangkan potensi pasar melalui pengembangan PLTS di sektor perikanan, wisata bahari, tambak, PLTS pasca tambang, PLTS atap gedung komersial, yang disinergikan dengan program konservasi energi.

“Tujuan kita ke sini itu adalah untuk menyamakan presepsi. Mari kita sama-sama membuat roadmap untuk mengembangkan tenaga surya. Dari berbagai kalangan terlibat di sini. Nah bagaimana menstrukturkan para stakeholder ini. Filosofi kita di dalam mengembangkan EBT ini adalah kita mengajak/menggerakan seluruh stakeholder, karena memang ini adalah tanggung jawab bersama”, ungkap Dirjen Toto.

Lebih lanjut, ia menyampaikan, perkembangan energi baru terbarukan sudah meningkat drastis. Diperkirakan 2 tahun kedepan harga renewable energy akan menyaingi fosil. Bahkan bisa saja di bawah fosil. Inilah yang menjadi tantangan bagi semua kalangan, juga dalam bisnis energi. (RWS)


Contact Center