Indonesia Gandeng ASEAN Bahas Penyediaan dan Pemanfaatan Biofuel

Wednesday, 4 September 2019 | 15:15 WIB | Humas EBTKE

KUTA, BALI - Sebagai upaya memperkukuh komitmen dan upaya bersama dalam pengembangan energi bersih di kawasan Asia Tenggara, Indonesia mengajak seluruh negara anggota ASEAN untuk berdiskusi bersama, berbagi strategi dan bertukar pengalaman terkait implementasi penggunaan biofuel khususnya di sektor transportasi.

"Kami (baca: Indonesia) percaya bahwa setiap negara anggota ASEAN memiliki target spesifik dalam pencampuran biofuel dan telah merancang strategi yang komprehensif untuk mencapai target tersebut. Tetapi sebagai negara tetangga yang tergabung dalam organisasi ASEAN, upaya bersama perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang lebih besar," ungkap Kasubdit Investasi dan Kerja Sama Bioenergi, Elis Heviati yang hadir mewakili Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), dalam sambutannya pada Workshop on Higher Blending of Biofuels for Transportation in ASEAN Countries: Testing and Strategy (Selasa, 3/8).

Potensi biofuel cair generasi pertama di kawasan ASEAN menjadi bagian penting pasokan energi baru dan terbarukan. Diantara negara anggota ASEAN yang lain, Filipina, Thailand, Malaysia dan Indonesia tengah mengembangkan kebijakan khusus terkait pemanfaatan biofuel. Thailand dan Filipina memproduksi bioetanol dan biodiesel, sementara Malaysia dan Indonesia memproduksi biodiesel.

Kegiatan workshop ini berlangsung dua hari dan digelar atas prakarsa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan ASEAN Science Technology. Hadir sebagai peserta workshop adalah perwakilan akademisi dan regulator dari masing-masing negara anggota ASEAN dan juga peserta perwakilan dari Indonesia.

Tujuan utama dari workshop ini adalah untuk mengeksplorasi kemungkinan solusi yang telah dibuat oleh para peserta di negara dan lembaga masing-masing dalam mengatasi tantangan bahan bakar nabati untuk energi dan transportasi. "Negara Asia Tenggara memiliki target ambisius yang wajar untuk biofuel. Kami meyakini bahwa jaringan yang kuat di antara peneliti ASEAN penting untuk mendorong kebijakan dan peraturan Pemerintah dalam upaya pengembangan energi terbarukan," tutur Kepala Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI Purwoko Adhi. 

Indonesia terus menggenjot pemanfaatan biofuel khususnya pada sektor transportasi guna mencapai target bauran EBT dan penurunan emisi Gas Rumah Kaca. Secara bertahap, Pemerintah mengimplementasikan kewajiban minimal pencampuran biodiesel baik pada sektor usaha PSO, non-PSO, pembangkit listrik maupun industri dan komersial. Saat ini, Pemerintah sedang berupaya pencampuran biodiesel dapat meningkat menjadi 30% khususnya pada sektor transportasi.

Pekan lalu, Kementerian ESDM melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (Badan Litbang ESDM) bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menyampaikan hasil road test B30 (campuran 30 persen biodiesel pada bahan bakar solar) yang digunakan pada kendaraan bermesin diesel. Hasilnya, tidak ada perbedaan signifikan pada kinerja kendaraan yang menggunakan bahan bakar B30 dibandingkan dengan B20 yang sudah diimplementasikan selama ini.

"Melalui workshop ini, semoga kita dapat belajar dari keberhasilan dan kegagalan satu sama lain, bertukar pengalaman, strategi, kebijakan, pengetahuan, keahlian dan teknologi. Jejaring yang kuat diantara pemerintah, peneliti, asosiasi, sektor swasta, dan masyarakat di Negara Anggota ASEAN dapat membuat implementasi biofuel ke tingkat yang lebih tinggi," harap Elis. (RWS)


Contact Center