Indonesia Sampaikan Pentingnya Pasokan dan Akses Energi dalam Pemulihan Ekonomi Global pada Forum G20

Selasa, 23 Juni 2020 | 10:05 WIB | Humas EBTKE

 

Setelah menggelar The G20 Workshop on Carbon Circular Economy (CCE) Guide pada Minggu (14/6), Pemerintah Kerajaan Arab Saudi kembali mengundang seluruh pakar di bidang energi anggota G20 untuk mengikuti the G20 First Energy Focus Group Meeting pada Kamis, (18/6), termasuk Indonesia yang diwakili Staf Ahli Menteri Bidang Perencanaan Strategis Yudo Dwinanda Priaadi selaku Delegasi Tetap G20 dari Kementerian ESDM.

Pertemuan ini adalah pertemuan perdana (kickoff meeting) untuk Energy Focus Group (EFG) yang telah dicetuskan saat pertemuan the Extraordinary Energy Ministerial Meeting pada 10 April 2020 lalu, membahas sharing upaya-upaya yang dilakukan negara-negara anggota dalam rangka menstabilkan pasar energi yang melemah karena pandemi.

Dipimpin oleh Awwad Alharthi yang merupakan Co-chair of the Energy Sustainablity Working Group, acara ini diikuti oleh negara-negara anggota G20 diantaranya Jepang, Kanada, Jerman, Norwegia, Uni Eropa (EU), Inggris, Saudi Arabia, Singapura, India, Indonesia, Turki, China, dan beberapa organisasi internasional antara lain International Energy Agency (IEA), International Energy Forum (IEF) dan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).

Pada pertemuan ini, Yudo menyampaikan bahwa penurunan harga minyak mentah baru-baru ini dapat sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di masa depan. Hal ini merupakan disinsentif yang jelas untuk menemukan sumber energi baru, menghambat investasi dalam rangkaian energy value chain, termasuk investasi penting untuk mengembangkan proyek energi baru terbarukan.

"Indonesia memprioritaskan untuk memulihkan investasi dalam proyek-proyek energi sebaik mungkin. Investasi yang tertunda tentunya pasti akan berdampak pada pasokan energi di masa depan," ungkap Yudo.

Yudo menekankan bahwa pasokan energi yang aman dan akses energi yang terjangkau akan membantu pemulihan ekonomi global. Semua opsi sumber energi adalah penting dan harus dipertimbangkan sesuai dengan komitmen internasional dan keadaan masing-masing negara.

Disampaikan Yudo tantangan ini akan menjadi momentum untuk mempromosikan pemanfaatan bahan bakar fosil yang lebih bersih, efisien, serta dapat memperkenalkan lebih banyak energi terbarukan sebagai alat utama untuk memastikan stabilitas dan keamanan energi jangka panjang. "Dengan ini, Indonesia berkomitmen untuk berkolaborasi secara global menuju sistem energi yang lebih bersih," tegasnya.

Yudo menilai situasi saat ini dapat menciptakan lebih banyak tantangan untuk pengembangan investasi energi baru terbarukan dan Indonesia akan segera mengeluarkan Keputusan Presiden tentang Feed-in Tariffs. "Dengan adanya peraturan baru ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang ramah untuk investasi, serta menciptakan banyak peluang bagi investor," tutup Yudo.

Sebagai informasi, G20 adalah kelompok 20 perekonomian terbesar dunia, yang terdiri dari 19 negara ditambah dengan Uni Eropa. Tujuan utama G20 adalah menghimpun para pemimpin negara-negara ekonomi maju dan berkembang utama dunia untuk mengatasi tantangan ekonomi global serta isu-isu lainnya yang menjadi prioritas bersama. Sementara, prioritas Indonesia di G-20 pada sektor ESDM adalah meningkatkan akses terhadap energi di kawasan Asia. (RWS)


Contact Center