Kuliah Daring Panas Bumi bersama Mahasiswa Universitas Hasanuddin

Jumat, 23 Oktober 2020 | 10:40 WIB | Humas EBTKE

JAKARTA – Kegiatan transfer knowledge bidang panas bumi bagi mahasiswa yang dikenal dengan nama Geothermal Goes to Campus (GGTC), kembali dilaksanakan kemarin (22/10) di Universitas Hasanuddin (UNHAS). Berbeda dengan dua kali pelaksanaan sebelumnya pada tahun 2017 dan 2019, kali ini pertemuan dilaksanakan secara virtual dan dikhususkan untuk kelas tertentu dimana detail materi disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa yang sedang mengambil mata kuliah panas bumi agar lebih relevan dengan materi ajar perkuliahan.

GGTC ini juga sebagai wujud menjawab antusiasme mahasiswa dan dosen UNHAS terhadap penyelenggaraan GGTC pada tahun 2019. Kegiatan dikemas dalam bentuk sharing knowledge via daring, selain pemberian materi dan dan diskusi tanya jawab, juga terdapat pre test dan post test pada setiap sesinya guna mengoptimalkan kegiatan tersebut.

Hadir pada pertemuan virtual ini, Direktur Panas Bumi Ida Nuryatin Finahari, Wakil Dekan 1 Fakultas Teknis UNHAS Prof. H. Baharuddin Hamzah, S.T., M.Arch., Ph.D., Kepala Subdit Investasi dan Kerjasama Panas Bumi Sahat Simangunsong, Geologist Supervisor Sarulla Operations Ltd Drestanta Yudha, dan Dosen Teknik Geologi UNHAS Sahabuddin Jumadil, serta program studi Teknik Geologi, Teknik Geofisika, Teknik Pertambangan dan Kimia.

Menurut Ida, salah satu tantangan dalam pengembangan panas bumi di Indonesia adalah terbatasnya sumber daya manusia yang memiliki keahlian dibidang panas bumi. Kondisi ini, di satu sisi menjadi hambatan dalam pengembangan panas bumi, tapi disisi yang lain, khusus bagi mahasiswa tentunya menjadi peluang memasuki dunia kerja.

“Sektor ini memberikan kesempatan besar, yang semestinya bisa dimanfaatkan oleh adik-adik, terutama mengingat pengembangan 7000 MW tambahan PLTP tentu akan memerlukan SDM dalam jumlah yang banyak. Namun demikian, supaya pembangunan tersebut dapat berlangsung lebih cepat perlu dukungan SDM yang lebih siap pakai,” ujar Ida. Inilah salah satu tujuan program GGTC, yakni terbangun link and match antara kebutuhan industri panas bumi sebagai pengguna sumber daya manusia (SDM) dengan kampus sebagai penghasil SDM.

Dalam program ini, Ditjen EBTKE melalui Direktorat Panas Bumi menghadirkan narasumber praktisi yang berkecimpung dan bekerja pada perusahan pengembang panas bumi untuk memberikan gambaran bagaimana implemenatasi ilmu yang dipelajari di kampus  nantinya di lapangan. Diharapkan dengan kegiatan ini, dosen pengasuh yang mempersiapkan kurikulum kampus dapat menyesuaikan antara materi pembelajaran dengan kebutuhan industri panas bumi. 

Sementara itu, bagi mahasiswa yang tertarik untuk bekerja di sektor panas bumi dapat mempersiapkan diri sejak dini untuk menyesuaikan kompetensi dengan kebutuhan kerja. Program ini juga diharapkan mendorong ketertarikan pihak kampus maupun mahasiswa untuk melakukan penelitian-penelitian di bidang panas bumi, yang akan bermanfaat untuk pengembangan panas bumi yang lebih baik di masa yang akan datang.

Sesuai data, Indonesia memiliki potensi panas bumi yang sangat besar, mencapai 23,9 GW dan beerada pada 351 titik potensi dengan keberadaan 127 gunung api. Lokasi potensi tersebut tersebar sepanjang jalur vulkanik aktif dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku. Khusus untuk Sulawesi, terdapat potensi panas bumi cukup besar dengan  titik potensi panas bumi meliputi 3 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) antara lain di Lahendong, Bora-Pulu dan Laenia. Total kapasitas terpasang hingga saat ini di Provinsi Sulawesi sebesar 120 MW.

Pada kesempatan ini, Ida juga meminta Universitas dapat membantu Pemerintah menyuarakan penyampaian fakta informasi yang positif untuk mengimbangi penerimaan informasi yang tidak benar dari pihak yang tidak bertanggungjawab mengenai pengembangan panas bumi yang memicu munculnya penolakan baik dari LSM maupun masyarakat.

“Pengembangan panas bumi masih sering berhadapan dengan permasalahan sosial yang berkaitan dengan penolakan masyarakat. Oleh karena itu, perguruan tinggi sebagai lembaga yang independensinya dipercaya oleh masyarakat, kiranya dapat membantu kami untuk turut meningkatkan penyampaian informasi yang sebenarnya dan positif, sehingga masyarakat mendapatkan pencerahan dan informasi yang benar terkait pengembangan panas bumi,” pungkas Ida. (RWS)


Contact Center