Keunggulan PLTN Dibanding Pembangkit Batubara

Rabu, 19 Oktober 2016 | 16:20 WIB | Ferial

EBTKE-- Saat ini pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar batubara mensuplai kurang dari 30 persen kebutuhan listrik Amerika Serikat, turun drastis dari angka 50 persen pada 1 dekade yang lalu. Mulai dari Alabama ke Ohio hingga Michigan dan di banyak negara bagian lainnya, banyak pembangkit listrik tenaga batubara ditutup pengoperasiannya

Selain itu, tidak ada generasi baru pembangkit listrik tenaga batubara yang dikembangkan. Faktanya, di Amerika Serikat tidak ada rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga batubara baru.

Gas alam menjadi pilihan alternatif baru sebagai sumber energi pembangkit listrik, namun gas alam bukanlah satu-satunya alternatif dalam pemenuhan sumber energi listrik baru. Walaupun gas alam relatif lebih “bersih” dibandingkan dengan batubara namun gas alam tetap menghasilkan emisi karbon yang signifikan, yang kedepannya masih harus menyesuaikan terhadap perundang-undangan terkait keamanan lingkungan, di lain hal akan sangat bijaksana bila kita tidak tergantung kepada suatu sumber energi (gas alam) yang memiliki sejarah ketidakstabilan harga.

Sementara itu investasi yang lebih besar di sumber energi angin dan tenaga surya mungkin muncul untuk menjadi solusinya, namun energi terbarukan ini tidak mampu memenuhi target yang diharapkan. Meskipun sudah puluhan milyar dollar digunakan untuk menyubsidi pengoperasian sumber energi terbarukan, sumber energi tenaga angin dan surya hanya menyuplai 7  persen dari kebutuhan listrik Amerika Serikat dan keduanya pun masih bermasalah dalam hal reliabilitas. Hingga kita memiliki unit penyimpanan energi listrik, sumber energi angin dan surya masih memerlukan cadangan sumber energi dari pembangkit listrik tenaga gas untuk menjaga kestabilan suplai listriknya.

Lalu apa solusi untuk memenuhi kekurangan kebutuhan suplai listrik yang disebabkan berhentinya pengoperasian pembangkit listrik tenaga batubara? Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah pilihan terbaik.

Di Amerika Serikat, terdapat 100 reaktor nuklir yang mampu memenuhi 20 persen kebutuhan listrik secara nasional dan menyumbang 60 persen tenaga listrik yang bebas karbon, namun baru hanya ada 4 rencana pembangunan PLTN baru, jumlah tersebut diperkirakan tidak akan mampu menggantikan PLTN yang akan berhenti beroperasi, apalagi untuk memenuhi kebutuhan akan suplai listrik yang disebabkan pemberhentian operasi pembangkit listrik tenaga batubara.

Faktor biaya menjadi kendala terbesar dalam perkembangan penggunaan tenaga nuklir dalam bidang energi. Pembangunan satu PLTN skala besar termasuk ke dalam mega proyek yang membutuhkan ribuan pekerja untuk menyelesaikannya, menelan biaya hingga $10 milyar untuk reaktor berukuran besar dan juga membutuhkan waktu hingga 10 tahun mulai dari pembangunan sampai pengoperasiannya. Meskipun terdapat kebutuhan akan PLTN baru, tidak banyak perusahaan energi di Amerika Serikat yang mau berinvestasi pada PLTN ukuran besar.

Untungnya, ada solusi dalam bentuk Reaktor Modular Kecil (SMR), SMR bukan hanya unggul dalam segi ukurannya yang lebih kecil dibanding reaktor-reaktor nuklir yang sekarang ini banyak digunakan, namun SMR bisa di produksi di pabrik dengan standarisasi komponen modular. Saat sudah jadi, bisa langsung dikirim menggunakan truk ataupun kereta api ke tempat tujuan. Perusahaan energi bisa memesan hanya 1 maupun 2 unit SMR, atau mereka bisa memesan hingga sebanyak 12 unit yang bisa di integrasikan bersama sama dalam satu area yang diperkirakan mampu mensuplai kebutuhan listrik satu kota kecil.

Satu cara pendekatan baru terhadap penggunaan tenaga nuklir pada bidang energi yang berbasis kepada solusi tersebut akan menjadi penentu vital. Dibandingkan dengan biaya pembangunan satu reaktor nuklir berukuran besar yang memerlukan anggaran hingga $10 milyar dan waktu pembangunan hingga 10 tahun, harga 12 unit SMR hanya menghabiskan anggaran sebesar $3 milyar dan waktu 3 tahun dalam pembangunannya. Dengan meningkatnya kebutuhan akan sumber energi yang reliabel dan bebas akan emisi, penggunaan SMR sebagai alternatif dari PLTN ukuran besar harusnya menjadi pilihan yang mudah, namun dibalik kemudahan itu terdapat rintangan, dimana proses mendapatkan lisensi atas desain SMR bukanlah hal yang gampang, walaupun dasar teknologi dan sistem keamanan yang digunakan secara prinsip sama dengan yang digunakan PLTN ukuran besar.

Regulasi terkait penggunaan tenaga nuklir di Amerika Serikat adalah salah satu yang terbaik di dunia, namun di sisi lain menghambat inovasi-inovasi baru. Kebutuhan akan desain Reaktor Modular Kecil baru yang murah, cepat dan mudah dibangun adalah mutlak. Sebagai gambaran, di Amerika Serikat untuk mendapatkan lisensi desain reaktor baru yang dikeluarkan oleh Komisi Reaktor Nuklir (NRC) membutuhkan waktu bertahun-tahun dan menelan biaya milyaran dolar, sedangkan di negara lain menghabiskan waktu yang lebih singkat dengan biaya yang lebih murah. Hambatan-hambatan seperti inilah yang harus dicarikan solusinya agar perkembangan inovasi dapat berjalan lancar.

Masalah lainnya adalah kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh NRC. Mereformasi proses perizinan untuk desain Reaktor Modular kecil baru bisa menjadi langkah pertama yang penting dalam mendorong inovasi penggunaan energi nuklir. Solusinya bisa dengan menambah jumlah SDM yang dimiliki oleh NRC, khususnya penambahan SDM pada bidang keamanan desain reaktor.

Sebagai upaya untuk mengurangi jejak emisi karbon di Amerika Serikat, dan menyusutnya pembangkit listrik berbasis tenaga batubara menyusut, kebutuhan akan sumber energi yang bersih dan dapat diandalkan semakin meningkat. Penambahan PLTN baru akan menjadi solusi yang tepat, Mengurangi segala hambatan dalam pengembangan inovasi energi nuklir harus menjadi perhatian khusus bagi para calon presiden Amerika nantinya dalam merumuskan prioritas kebijakan energi.


Contact Center