Kawah Kereta Api, Sumur Pengeboran Panas Bumi Peninggalan Masa Kolonial

Rabu, 30 November 2016 | 10:46 WIB | Ferial

EBTKE-- PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) merupakan salah satu anak perusahaan PT Pertamina (Persero) dengan PT Pertamina Dana Ventura. Perusahaan ini bergerak dibidang pemanfaatan energi panas bumi.

Sejak tahun 1974 Pertamina telah melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi dengan mengidentifikasi sebanyak 70 wilayah Panas Bumi dengan temperatur tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Wilayah tersebut tersebar di seluruh Indonesia antara lain Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Sulawesi.

Lapangan yang pertama kali dikembangkan oleh PGE adalah area kerja Kamojang yang merupakan pionir pengembangan pada tahun 1926 oleh Pemerintah Kolonial Belanda. "Kolonial sudah melakukan eksplorasi potensi panas bumi yang ada di Kamojang dengan pemboran dangkal sebanyak 5 sumur,"kata Manajer Maintenance Area Kamojang, Faiq Kautsar dalam Acara Media Visit ke Area Kerja Kamojang, Senin 28 November 2016.

Setelah melakukan eksplorasi, lanjutnya, Kolonial Belanda juga pernah melakukan uji produksi tetapi setelah tahun 1928 sempat terhenti, namun pada tahun 1978 kembali melakukan pemboran kerjasama dengan Pemerintan New Zealand guna mengeksplor kembali potensi yang ada di Kamojang dengan melakukan beberapa pemboran tambahan. "Setelah dikembangkan kembali, pada tahun 1978 Kamojang suksesnya beroperasi dan menjadi PLTP pertama di Indonesia dengan kapsitas produksi yang dihasilkan 250 Kw dan diresmikan pengoperasiaannya oleh Menteri Pertambangan dan Energi pada waktu itu Profesor Soebroto,"tambahnya

Bermula dari sinilah, menurut Faiq, sebagai awal diresmikannya lapangan Kamojang di daerah Jawa Barat pada tanggal 29 Januari 1983.

"Energi panas bumi lapangan tersebut digunakan untuk menggerakkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang Unit 1 dengan kapasitas pembangkitan sebesar 30 MW. Di pulau Sumatera untuk pertama kali beroperasi PLTP Monoblok 2 MW di daerah Sibayak-Brastagi. Pada 2004, PLTP pertama di Sulawesi dengan kapasitas 20 MW beroperasi di daerah Lahendong,"tuturnya.

Saat ini, jelas Faiq, sumur tersebut masih ada dan mendapat sebutan kawah kereta api mengingat pasalnya bila dilakukan atraksi oleh pawang, dengan menggunakan bambu bisa mengeluarkan bunyi seperti kereta api. “Sehingga mendapat sebutan kawah kereta api,”pungkasnya.

 


Contact Center