Pembentukan Konsorsium Untuk Percepatan Pengembangan PLTP

Tuesday, 7 March 2017 | 14:05 WIB | Ferial

EBTKE-- Pengembangan industri pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dapat diinisiasi oleh Pemerintah melalui pembentukan konsorsium industri dalam negeri yang beranggotakan berbagai industri dan lembaga penelitian serta pengembangan terkait yang secara khusus bertugas mendisain, membangun dan menghasilkan komponen - komponen PLTP.

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengatakan melalui pola konsorsium ini diharapkan program industri PLTP dalam negeri, termasuk dukungan pendanaan termasuk pasarnya dapat lebih terarah dan terintegrasi dalam aspek perencanaan, pelaksanaan dan pegendaliannya.

"Pembentukan konsorsium dan implementasinya ini diharapkan akan mampu mempercepat pengembangan industri energi panas bumi oleh SDM dan industri dalam negeri untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional,"kata dia disela kunjungan kerja ke PLTP Kamojang 3 MW, belum lama ini.

Menurut Nasir, pihaknya bersama konsorsium riset panas bumi berupaya memberikan kontribusi dengan melakukan riset, disain, engineering, inovasi dan mengoperasikan PLTP skala kecil dibawah 5 MW dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang maksimal. "Rintisan kegiatan ini dilakukan melalui dua pendekatan teknologi yakni flash condensing dan binary cycle yang disesuaikan dengan karakteristik uap panas bumi yang ada. PLTP 3 MW yang sedang dibangun di Kamojang ini adalah perwujudan dari upaya riset teknologi tipe flash condensing,"tambahnya.

Apabila penguasaan teknologi PLTP tidak segera dilakukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) dan industri dalam negeri, lanjut dia, Indonesia hanya akan menjadi pasar yang sangat besar bagi teknologi asing. “Keberhasilan pengoperasian pilot project PLTP 3 MW di Kamojang ini akan menjadi tonggak sejarah dalam proses penguasaan teknologi PLTP nasional,”tutur Nasir.

Sementara dari sisi bisnis, lanjut dia, apabila PLTP skala kecil ini berhasil melampaui tahap pengujian lapangan, durabilitas dan kehandalan, maka hasilnya akan siap untuk dilakukan proses hilirisasi. Adapun potensi yang diharapkan adalah mampu mensubtitusi penggunaan PLTD yang mayoritas masih digunakan di Indonesia bagian timur.

"Dengan tingginya minat untuk pengembangan PLTP skala kecil di timur otomatis akan meningkatkan pemesanan peralatan mekanik seperti turbin, generator, condenser, engineering services dan peralatan balance of plant lainnya,"kata Nasir.

Hal ini, jelasnya, akan menghidupkan industri ketenagalistrikan lokal dan menciptakan lapangan kerja. "Selain itu, pasar masih terbuka lebar bagi pemain baru karena pemasok peralatan PLTP skala kecil ini masih belum banyak dan perusahaan multi nasional selama ini berkonsentrasi pada PLTP skala besar,"ujar Nasir.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Panas Bumi, Yunus Saefulhak mengungkapkan potensi panas bumi di Indonesia Timur dalam kapasitas kecil dan tersebar di beberapa kepulauan yaitu di Nusa Tenggara Barat (175 MW), Nusa Tenggara Timur (1.322 MW), Maluku (649 MW), dan Maluku Utara (777 MW). "Hal ini merupakan peluang untuk industri pembangkit seperti rotor dari generator untuk skala kecil, sehingga industri panas bumi dapat menjadi tuan di rumah sendiri,"pungkasnya.


Contact Center