Pemerintah Komit Lakukan Terobosan Pengembangan BBN Berbasis CPO Untuk Kurangi Ketergantungan Energi Fosil

Rabu, 21 Agustus 2019 | 10:00 WIB | Humas EBTKE

Jakarta--Pemerintah berkomitmen untuk terus melakukan pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) berbasis Crude Palm Oil (CPO) sebagai salah satu strategi mencapai bauran energi nasional dan mengurangi ketergantungan negara terhadap minyak dan gas bumi.

Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), FX Sutijastoto saat mengikuti breakfast meeting bertajuk "Mencari Terobosan Kebijakan Untuk Mendongkrak Harga CPO Internasional dalam rangka Memperkuat Neraca Perdagangan Nasional Melalui Hilirisasi Kelapa Sawit dan Penggunaan Bahan Bakar Nabati" bersama Menteri Perindustrian pada Selasa kemarin (20/8).

Pada kesempatan tersebut, Dirjen Toto mengungkapkan bahwa optimalisasi penggunaan biofuel berbasis CPO dan bioenergi merupakan salah satu strategi pengembangan EBT agar capaian bauran energi nasional pada tahun 2025 sesuai target. "Ini adalah strategi EBTKE untuk mencapai target 23%. Untuk mengejar itu, kita mengejar juga biofuel yang alhamdulillah B20 cukup berhasil,” ujarnya.

Strategi pengembangan biofuel berbasis CPO, lanjut Toto, sekaligus memperkuat ketahanan industri sawit nasional. "Saat ini kami sedang finalkan roadmap biofuel berbasis CPO yang nantinya harga bahan baku CPO harus bersaing dengan energi fosil. Pengembangannya melalui mandatori B30, konversi PLTD ke PLTBn, dan pengembangan green fuel," tuturnya.

"Agar berhasil dengan baik, program pengembangan biofuels berbasis CPO membutuhkan komitmen dari industri kelapa sawit, industri oil and gas, serta PLN. Jadi industri sawit ini nanti diarahkan untuk mengisi kebutuhan minyak dan gas bumi, kemudian juga dipakai untuk pembangkit listrik," imbuh Toto.

Realisasi penyaluran biodiesel hingga akhir Juli 2019 adalah 3.525.904 KL dari target 6.197.101 KL atau 56,89% dari total alokasi Januari s.d. Desember 2019. Sementara target penyerapan biodiesel hingga akhir Juli 2019 adalah 3.614.976 KL dengan realisasi sebesar 3.525.904 KL hingga akhir Juli, maka capaian penyerapan biodiesel sebesar 97,5%.

Dirjen Toto juga mengungkapkan bahwa penerapan B20 mulai berjalan dengan baik di sektor PSO sejak Januari 2016 dengan adanya dukungan insentif dana pembiayaan biodiesel dari BPDPKS. Pemanfaatan biodiesel tahun 2018 dalam negeri sebesar 3,75 juta KL dan diperkirakan menghemat devisa 1,89 Miliar USD atau setara dengan 26,27 Triliun Rupiah. Di sisi yang lain, terjadi penurunan impor solar pada tahun 2019 dibandingkan pada tahun 2017, dimana pemberlakuan perluasan insentif mandatori B20 dimulai pada 1 September 2018 untuk mendorong percepatan penerapan program B20.

“Dengan adanya keberhasilan saat ini, Alhamdulillah impor minyak solar kita sudah turun. Nah ini yang terus kita maintenance, sekaligus kita mendorong, membangun indusri kelapa sawit untuk sektor industri,” tandasnya.

Berikut upaya menyinergikan pengembangan biodiesel berbasis CPO yang dikemukakan Dirjen Toto:

  • melakukan sosialisasi dan positif campaign kepada end user sektor industri tentang program Mandatori Biodiesel
  • mendorong pembangunan industri methanol sebagai komponen penting dalam produksi FAME 
  • mendorong pembangunan industri katalis untuk mendukung program green refinery
  • dukungan dari industri manufaktur untuk melakukan modifikasi mesin jika diperlukan
  • mendorong pengembangan teknologi flexy engine.

 

(RWS)

 


Contact Center