Pemerintah Dorong Inisiatif Lumbung Energi Surya di Sumba

Kamis, 17 Desember 2020 | 16:35 WIB | Humas EBTKE

 

JAKARTA – Sebagai salah satu sumber energi terbarukan yang memiliki potensi besar di Indonesia, energi surya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam mencapai target bauran EBT. Guna mendorong pemanfaatan energi surya secara masif, pemerintah menyiapkan berbagai strategi mulai dari pengembangan PLTS skala besar di bekas area pertambangan, lahan tidak produktif, pemanfaatan waduk, pengembangan PLTS Atap, hingga inisiasi konversi PLTU atau PLTB ke PLTS.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Harris pada webinar Webinar Energy Talk Series 6 bertajuk “Lumbung energi surya di Sumba untuk Indonesia” yang berlangsung hari ini Kamis (17/12).

“Indonesia adalah negara dengan serapan tenaga surya terbesar di ASEAN karena matahari yang bersinar setiap hari sepanjang tahun memiliki intensitas radiasi rata-rata 4,8 kilo watt hour permeter square perhari, akan tetapi kapasitas terpasang relative masih sangat rendah yaitu 147 MW atau 0,05% dari total potensi 208 GW. Potensi energi surya yang besar ini sedang diupayakan pemanfaatannya secara masif agar dapat memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam mencapai target bauran EBT,” tuturnya.

Lebih lanjut Harris mengatakan sudah ada beberapa inisiatif dari investor untuk mengembangkan PLTS di Indonesia, termasuk PLTS terapung dengan harga yang kompetitif dibawah 4 sen USD per kWh. “Ini merupakan peluang yang sangat baik untuk pengembangan energi terbarukan kedepan, yang diharapakan mampu bersaing bahkan lebih murah dari energi fosil,” lanjutnya.

Harris mengungkapkan bahwa Pemerintah mendukung dan mendorong inisiasi pengembangan energi surya di Sumba mengingat potensi energi surya yang dimiliki wilayah ini sangat besar dengan intensitas radiasi matahari tertinggi di Indonesia yaitu 5,7 kilo watt hour permeter square perhari dan ketersediaan lahan yang sangat luas yang memungkinkan pembangunan PLTS hingga 50 GW. Selain itu, dengan ketersediaan lahan yang sangat luas ini memungkinkan untuk pengembangan PLTS skala besar untuk mendapatkan harga jual listrik dari PLTS yang tentunya akan sangat murah.

“Inisiatif lumbung energi surya di Sumba untuk Indonesia merupaka langkah yang baik untuk mendorong pengembangan energi surya yang kedepannya tidak hanya akan dinikmati oleh masyarakat NTT tapi juga berpotensi untuk di transmisikan ke pulau jawa sebagai pusat beban serta daerah lainnya,” tegasnya. Meski demikian, Harris tidak memungkiri perlunya strategi dan perencanaan yang matang terkait interkoneksi dari Sumba ke pulau jawa dan pusat beban lainnya, baik dari sisi keekonomian maupun dari sisi teknis.

“Saya memiliki harapan besar bahwa acara ini akan menjadi kesempatan yang baik bagi pemerintah, swasta, akademisi, pelaku energi, industri subsektor energi terbarukan untuk bertukar pikiran dalam rangka mewujudkan pulau sumba sebagai lumbung energi surya,” pungkas Harris.

Sebagai informasi, Pulau Sumba menjadi program pengembangan Pulau Ikonis Energi Terbarukan atau dikenal dengan Sumba Iconic Island (SII) yang telah diinisiasi sejak tahun 2010 oleh Kementerian ESDM, Bappenas dan Hivos. Program SII dilaksanakan dengan pendekatan multi-aktor, yang melibatkan pemangku kepentingan di sektor energi dan non-energi yang berkontribusi pada pengembangan energi terbarukan dan lingkungan yang memungkinkan di Pulau Sumba. Untuk pengembangan energi surya di Pulau Sumba, sampai dengan tahun 2018 total kapasitas terpasang sebesar 4,7 MW berupa PLTS Terpusat, PLTS Tersebar, PV Agro processing, PV School dan Kiosk Energy, PJU, Solar Water Pump. (RWS)


Contact Center