Pengujian Tahap Dua Green Avtur pada Mesin Jet Pesawat

Selasa, 25 Mei 2021 | 16:05 WIB | Humas EBTKE

TANGERANG – Sesuai komitmen dalam COP ke-21 di Paris, Indonesia telah menargetkan penurunan emisi sebesar 29% pada tahun 2030, termasuk didalamnya adalah kontribusi dari sektor energi dan transportasi.Pemanfaatan green avtur di Indonesia, sesuai amanat Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015 hingga saat ini masih belum dapat dilaksanakan secara optimal, terkendala berbagai permasalahan diantaranya terkait feedstock, teknologi produksi dan keekonomian.Namun, pemanfaatan green avtur harus segera diaplikasikan terutama untuk penerbangan internasional yang telah mensyaratkan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) dalam dalam rangka penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

Rangkaian pengujian green avtur telah memasuki tahap kedua pengujian statis (test cell), menggunakan engine CFM56-3 dengan 2 variasi bahan bakar antara lain Jet A-1 dan Bioavtur J2.4. Untuk keperluan pengujian, telah diproduksi Bioavtur 2,4% (J2.4 stock on spec) sebanyak 20 kL, yang menggunakan pengolahan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) / minyak sawit) di unit TDHT (Treated Distillate Hydro Treating) Refinery Unit (RU) IV Cilacap.

“Terima kasih kepada Garuda Maintenance Facility untuk fasilitas pengujian bioavtur, yang akan diteliti bersama teman-teman dari ITB, terima kasih juga kepada BPDPKS untuk dukungan pengujian bioavtur J2.4. Semoga pengujian ini berjalan lancar dan kita bisa tingkatkan pengujian ini ke tahap berikutnya, untuk mendukung pemanfaatan bahan bakar nabati di sektor transportasi penerbangan”, ujar Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan dan EBTKE, Haryanto, pada sambutannya pada kegiatan Kunjungan Lapangan Pengujian Statis (Test Cell) Bioavtur J2.4 di Garuda Maintenance Facility (GMF) Aerosia, hari ini (25/5).

Pengujian tahap dua untuk bahan bakar bioavtur J2.4 dilakukan sebanyak 3 cycle. Tiap cycle meliputi beberapa kondisi antara lain ground idle, flight idle, accel dan melihat nilai dari beberapa parameter seperti density (panas yang ditimbulkan mesin), vibrasi mesin, oil pressure, dan performance. Nilai tersebut dibandingkan dengan hasil penggunaan Jet A-1 dengan nilai limitasi yang diberikan oleh manufaktur mesin. Sebelum dilakukan engine test cell, terlebih dahulu dilakukan uji karakteristik bahan bakar yang akan digunakan.

Uji statis mesin (engine test cell) tahap pertama telah dilaksanakan pada 22-23 Desember 2020 lalu, menggunakan campuran bahan bakar bioavtur 2% (J2) pada Engine CFM56. Bahan bakar Jet A1 yang digunakan sebanyak 10.900 liter dan green avtur J2 sebanyak 9.000 liter.

Kegiatan pengujian statis tahap kedua di Garuda Maintenance Facility dihadiri oleh VP Engine Maintenance PT GMF Aero Asia, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalustrikan dan EBTKE, Kementerian ESDM,Asdep Migas, Pertambangan dan Petrokimia Kemenkoperekonomian, perwakilan dari Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara DKUPPU, Kementerian Perhubungan, Direktorat Teknik dan Lingkungan Migas KESDM, PPTMGB Lemigas, BPDPKS, ITB, SKK Migas, perwakilan PT Pertamina (KPI, Pertamina Aviasi, RTI), PT Dirgantara Indonesia, PT Garuda Indonesia, dan PT Citilink Indonesia.

VP Engine Maintenance PT GMF Aero Asia, Jatmiko Herlambang Putra, mengatakan bahwa fasilitas pengujian atau test cell ini sudah ada sejak tahun 1985, dan telah menggunakan berbagai mesin (engine). Sampai sejauh ini masih bisa dikembangkan untuk engine-engine generasi berikutnya. Fasilitas test cell di GMF dapat melakukan tes hingga 100.000 pound, rata-rata 100 engine per tahun.

“Kami merasa terhormat untuk dapat berperan dalam pengujian bioavtur ini, beberapa engine yang saat kita punya untuk test cell ini adalah series FM, DES 3, DES 5, DES 7 beberapa APU (Auxiliary Power Unit) termasuk juga APU untuk pesawat besar seperti untuk airbus 730. Mudah-mudahan pengujian ini nantinya dapat berjalan baik dan akhirnya dapat meningkatkan kemandirian energi, terutama kombinasi antara penggunaan avtur dengan kelapa sawit”, ungkap Jatmiko.

Keseluruhan pengujian ini akan menjadi data penting untuk mendapatkan persetujuan melakukan uji terbang dengan meminta masukan dari Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Setelah pelaksanaan uji statis, akan dilakukan uji terbang yang menggunakan pesawat bermesin turboprop CN-235-220 milik PT. Dirgantara Indonesia (DI).

Rencana tersebut telah didiskusikan pada workshop yang dilaksanakan Direktorat Bioenergi pada 14 April 2021 lalu. Bahwa PT DI sangat mampu dalam melakukan eksekusi uji terbang dan analisa data pengujian. Pesawat CN-235-220 yang akan digunakan pada uji terbang beregistrasi militer sehingga perlu dilakukan kerja sama yang harmonis antara Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA) dan DKPPU dalam proses uji terbang.

Pesawat CN235-220 yang akan digunakan untuk uji terbang tersebut, tangki pada sayap kanan akan diisi dengan Jet A1, dan tangki pada sayap kiri akan diisi dengan Bioavtur J2.4. Sebelum uji terbang, akan dilakukan uji di darat (ground run) untuk melihat efek penggunaan Bioavtur J2.4. Pesawat uji coba terbang akan menjalani take off dari bandara Husein Sastranegara Bandung dan landing di bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. (RWS)


Contact Center