Rancangan Draft Bali Compact Jadi Fokus Utama Agenda ETWG-2

Kamis, 23 Juni 2022 | 10:10 WIB | Humas EBTKE

 

LABUAN BAJO -- Forum Energi G20 Presidensi Indonesia akan merumuskan penyusunan draft Bali Common Principles in Accelerating Clean Energy Transitions (COMPACT) pada the 2nd Energy Transitions Working Group (ETWG-2) di Labuan Bajo. Hal ini disampaikan langsung oleh Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Perencanaan Strategis selaku Chair ETWF Yudo Dwinanda Priaadi saat ditemui awak media di Labuan Bajo, Rabu (22/6).

"Pada pertemua pertama (Yogyakarta), mereka (G20) sepakat akan tiga hal, yaitu energy access, technology and financing. Kedua (isu) ini akan kita bahas lebih lanjut terutama Bali Compact. Jadi ada serangkaian principles yang kita bahas dengan mereka untuk mendapatkan kesepakatan awal sebelum maju ke komunike," kata Yudo.

Seluruh anggota G20, sambung Yudo, telah menandatangani Net Zero Emissions (NZE) berdasarkan kebutuhan negara masing-masing. "Bedanya pertemuan sekarang adalah semua negara G20 sudah mendeklarasikan rencana NZE mereka. Oleh karena itu kita butuh principles yang mendorong untuk implementasi transisi energi," jelasnya.

Selain Bali Compact, forum transisi energi G20 kali ini akan mempresentasikan kemajuan tiga isu utama yang sudah menjadi kesepakatan di Yogyakarta. "Kita akan melakukan beberapa update terkait hasil perkembangan stocktake. Kita juga punya banyak virtual webinar. Ini merupakan milestones untuk mencapai satu konsesus. Kita dibantu teman-teman dari organisasi internasional," ungkap Yudo.

Menurut Yudo, salah satu kelebihan dari forum G20 adalah menciptakan gerakan global (global movement). Transisi energi maupun NZE menjadi salah satu isu global sejak pertama kali dibahas di tahun 2018. "Cukup empat tahun isu transisi energi menjadi pembahasan semua orang dan sebagai grup kita bergerak bersama-sama," terangnya.

Sebagai Presidensi G20, Indonesia ingin mengoptimalkan peluang percepatan transisi energi melalui pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT). "Tentu kita ingin ada manfaat. Kita akan susun beberapa inisiatif project yang dikompilasikan di sherpa. Tapi sebagai Presidensi kita juga harus memikirkan (kepentingan) grup, tidak bisa memikirkan diri sendiri," tegas Yudo.

Salah satu project yang tengah menjadi pembahasan di G20 adalah usulan Brasil atas Biofuels Platform. "Jadi ini itu satu kerja sama di G20 dan di luar G20 untuk menggunakan bioenergi di masa mendatang. Semua dipelajari, mana yang bisa diterima oleh semua anggota," tutur Yudo.

Indonesia sendiri tengah mengusulkan program carbon capture di project Tangguh, Papua Barat. "Nilainya cukup besar kira-kira butuh USD3 miliar. Kita mengusulkan sekonkret mungkin baik secara tekstual maupun hasil," tambah Yudo.

Yudo menegaskan dukungan finansial dan teknologi dari negara maju menjadi hal penting untuk mengimplementasikan transisi energi secara global. Hal Ini yang akan didorong terus di G20. "Sidang besok Jerman akan bicara sebagai Presidensi G7, kita mendorong Just Energy Transitions Partnership (JETP)," tutup Yudo.

Sebagai informasi, model kerja sama JETP sudah pernah dilaksanakan oleh Afrika Selatan dengan Amerika Serikat, Prancis, dan Jerman. Kemitraan tersebut bertujuan mengakselerasi dekarbonisasi industri Afrika Selatan dengan fokus sistem kelistrikan dengan initial commitment sebesar USD8,5 miliar pada tahap pertama. (RWS)


Contact Center