Program Strategis Pengembangan Biometana di Indonesia

Rabu, 19 Oktober 2022 | 19:05 WIB | Humas EBTKE

BANDUNG – Program pengembangan biogas menjadi salah satu strategi Pemerintah dalam upaya pengembangan energi baru terbarukan (EBT), khususnya sektor bioenergi. Program pengembangan biogas cukup beragam, yaitu biogas rumah tangga, biogas komunal, biogas industri, Biomethane dan Compressed Biomethane gas (CBG).

“Sesuai Rencana Umum Energi Nasional/RUEN, target kontribusi biogas pada bauran energi nasional sebesar 489,8 juta  m3 pada tahun 2025, dimana capaiannya hingga September 2022 baru mencapai 32,47 juta m3 atau sekitar 6,5%,” ungkap Direktur Bioenergi, Edi Wibowo saat membuka kegiatan Bioshare Series #8 bertajuk Exploring the Future of Biomethane in Indonesia hari ini (Rabu, 19/10) secara virtual.

Edi menjelaskan biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi oleh mikroorganisme dalam kondisi anaerob. Biogas merupakan salah satu sumber EBT yang potensial untuk dikembangkan. Pemanfaatan biogas ini dapat mengurangi dampak permasalahan lingkungan, seperti penurunan emisi Gas Rumah Kaca, pengolahan limbah industri/perkebunan/pertanian, pencegahan pencemaran air, tanah, serta udara dan yang paling utama sebagai sumber energi terbarukan.

“Pengembangan program biogas yang saat ini tengah diupayakan oleh pemerintah adalah pengembangan biogas, yang ditingkatkan menjadi biometana, yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, subsituti bahan bakar diesel di PLTD, bahan bakar gas untuk transportasi, serta substitusi LPG untuk Usaha Mikro Kecil Menengah/UMKM dan industri dan komplemen gas bumi melalui jaringan pipa gas,” urai Edi.

Untuk percepatan berusaha pengolahan dan pemanfaatan biogas skala industri, menurut Edi, Pemerintah melalui Kementerian ESDM telah melakukan penyusunan standar dan telah ditetapkan SNI 8019 standar mutu Biogas bertekanan. Kementerian ESDM bekerja sama dengan Kementerian Investasi/BKPM untuk melakukan penyusunan NSPK (norma, standar, prosedur dan kriteria) perizinan berusaha pengolahan biogas dan telah diterbitkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 35203. KBLI ini telah live pada sistem Online Single Submission/OSS berbasis risiko di Kementerian Investasi/BKPM, untuk memudahkan proses perijinan.

Selain itu, Kementerian ESDM juga telah aktif melibatkan beberapa mitra kerja sama sebagi upaya pengembangan proyek pemanfaatan biometana yang lebih luas seperti melalui proyek-proyek pre-feasibility study, kajian keekonomian, kajian kebijakan tata niaga dan kajian industri serta bahan baku biometana khususnya untuk CBG.

Pemerintah berharap dalam jangka waktu yang tidak terlalu jauh, pemanfaatan biometana khususnya dalam bentuk CBG dapat menggantikan gas bumi dan LPG non-subsidi untuk sektor industri dan komersil.

“Pengembangan Proyek Bio Compressed Natural Gas/BioCNG dengan memanfaatkan limbah pertanian/perkebunan tentunya diharapkan akan membantu industri pertanian dan perkebunan dalam mengurangi emisi karbon, mengatasi masalah limbah serta membantu industri terdekat untuk lebih memanfaatkan energi terbarukan sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan upaya dekarbonisasi dalam meningkatkan ekonomi sirkuler dalam mewujudkan energi hijau yang berkelanjutan,” pungkas Edi.

Pada kesempatan yang sama, Koordinator Investasi dan Kerja Sama Bioenergi, Trois Dilisusendi menyampaikan implementasi program biogas berkelanjutan yang saat ini tengah dilaksanakan oleh Pemerintah meliputi pengembangan Peta Jalan Biogas Berkelanjutan, mendorong pengembangan biogas untuk keperluan rumah tangga dan UMKM dengan memanfaatkan limbah domestik, pupuk kandang atau limbah pertanian, serta mempromosikan pengembangan BioCNG skala komersial untuk transportasi, substitusi LPG untuk industri dan pembangkit listrik. Agar program pengembangan biogas ini dapat berjalan secara optimal, diperlukan dukungan semua pihak terkait.

“Kunci pengembangan biogas adalah kolaborasi. Dukungan semua pihak yaitu swasta, akademisi, media, dan Non-Governmental Organization/NGO akan membantu optimalisasi upaya pengembangan biogas,” tandas Trois.

Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi biometana yang menjanjikan. Agroindustri tersebar di beberapa wilayah negeri, sehingga limbah organik yang dihasilkan pun dapat diolah menjadi sumber energi alternatif. Berdasarkan kajian yang tengah dilakukan oleh Direktorat Bioenergi dan GIZ, terdapat delapan provinsi yang menjadi prioritas pengembangan biomentana. Seperti disampaikan dalam webinar Bioshare Series #8 oleh Ardian Candraputera, Advisor GIZ, delapan provinsi prioritas tersebut meliputi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Timur, Kalimantan tengah, dan Kalimantan Barat.

Biometana memiliki potensi pemanfaatan yang beragam. Selain menjadi substitusi CNG dan bahan bakar masak di sektor industri, biometana juga dapat menjadi pengganti bahan bakar kendaraan di area perkebunan dan pabrik, pengganti bahan bakar di pembangkit listrik tenaga diesel, serta dapat diintegrasikan ke dalam jaringan gas alam.

Group Head Business Development PT PGN, Arie Susanto Tjahyono, menyampaikan bahwa pihaknya tengah mempersiapkan beberapa titik injeksi (injection point) biometana ke jaringan gas milik PGN, salah satunya berlokasi di Pagardewa, Sumatera Selatan.

Pemerintah juga terus mendorong peningkatan potensi pasar biometana. Beberapa di antara yang tengah diupayakan adalah pemanfaatan biometana di PLTD milik PLN, substitusi bahan bakar gas di hotel, restoran, dan café (Horeca), juga pemanfaatan biometana di rumah sakit. Bioshare Series #8 menjadi wadah diskusi multiarah yang mengeksplorasi lebih dalam potensi-potensi biometana di Indonesia, serta menjadi sarana edukasi publik terkait kebijakan dan regulasi yang telah tersedia untuk mendukung pengembangan biometana yang lebih luas.

Sebagai informasi, webinar Bioshare merupakan hasil kerja sama Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) dengan Kementerian Ekonomi dan Perlindungan Iklim Republik Federal Jerman (BMWK) melalui Deutsche Gesselschaft für Internationalle Zusammenarbeit (GIZ) GmbH dalam kerangka Proyek Strategic Exploration of Economic Mitigation Potential through Renewables (ExploRE). Webinar merupakan satu dari rangkaian kegiatan Bioshare yang digelar untuk menjadi wadah diskusi antarpihak dan sharing knowledge di bidang bioenergi.

Untuk dapat menyaksikan kembali kegiatan Bioshare Series #8 bertajuk Exploring the Future of Biomethane in Indonesia, dapat melalui tautan berikut Bioshare Series #8. (RWS)

 


Contact Center