Konservasi dan Efisiensi Energi Jadi Kontributor Nyata Penurunan Emisi

Sabtu, 29 Oktober 2022 | 09:45 WIB | Humas EBTKE

 

Konservasi dan penggunaan efisiensi energi menjadi kontributor nyata dalam memitigasi perubahan iklim dan pemanasan global. Apalagi panas ekstrem, perubahan ekosistem dan kenaikan permukaan air laut menjadi ancaman nyata bagi masyarakat global saat ini, terlebih bagi Indonesia sebagai negara kepulauan. Demikian pernyataan Staf Khusus Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Strategi Pencapaian Transisi Energi Ego Syahrial pada acara Pelaksanaan Kegiatan Peresmian Penerangan Desa Wisata di Kabupaten Lombok Barat, pada Jumat (29/10).

''Jika kita bicara pada tatanan global, saat ini semua negara berupaya menjaga kenaikan suhu global hingga 1,5?C untuk menghindari dampak bencana global dan perubahan iklim antara lain panas ekstrem, naiknya permukaan laut, punahnya beberapa makhluk hidup, perubahan ekosistem, dan punahnya terumbu karang serta kerusakan pada ekosistem laut," ujar Ego.

Langkah-langkah mitigasi perubahan iklim perlu dilakukan untuk mencegah atau memperlambat terjadinya perubahan iklim dengan menurunkan emisi karbon seperti yang tertuang dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC).

"Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada tahun 2030 terhadap skenario business as usual dengan usaha sendiri dan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 41% % pada tahun 2030 terhadap skenario business as usual dengan bantuan internasional. Khusus sektor energi, angka ini diterjemahkan menjadi penurunan emisi sebesar 314 juta ton CO2e pada tahun 2030. Sampai dengan tahun 2021, realisasi penurunan emisi gas rumah kaca sektor energi mencapai 70 juta ton CO2e," lanjut Ego.

Menurut Ego, pekerjaan besar ini tidak mungkin dilakukan tanpa kerjasama yang baik dari semua pihak dan dengan dukungan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terkait dengan mitigasi perubahan iklim dan upaya riil dan konsisten dari segenap pihak dalam menekan penggunaan energi, menjaga kesinambungan lingkungan, serta mengurangi emisi gas rumah kaca.

Indonesia sendiri telah menargetkan net zero emission pada tahun 2060 mendatang dan menyusun langkah langkah konkret ke arah itu dengan melaksanakan 4 pilar menuju negara emisi nol bersih atau Net Zero Emission (NZE), yaitu memasifkan penggunaan energi baru terbarukan, meningkatkan elektrifikasi untuk seluruh sektor sehingga tidak lagi menggunakan BBM, menyalurkan energi energi yang berasal dari energi baru terbarukan ke pulau pulau yang memang membutuhkan, dan melakukan konservasi dan efisiensi energi.

Garap Proyek ADLIGHT

Terkait dengan efisiensi energi, Sekretaris Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan (EBTKE) Kementerian ESDM, Sahid Junaidi mengatakan, Kementerian ESDM bersama United Nations Development Programme (UNDP) dan United Nations Environment Programme (UNEP) bekerjasama melaksanakan Proyek Advancing Indonesia's Lighting Market to High Efficient Technologies atau ADLIGHT. Pelaksanaan kegiatan dilakukan selama 3 tahun sejak tahun 2020 hingga 2023 mendatang.

Mengenai tujuan dari proyek ADLIGHT ini, ungkap Sahid, akan mendorong peningkatan penerapan teknologi lampu efisiensi tinggi di Indonesia melalui transformasi pasar nasional dan pengembangan industri lampu LED nasional, sehingga dapat mengurangi permintaan listrik dan menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK). Proyek ini terdiri dari 3 komponen yaitu, dukungan kepada industri lampu lokal untuk mentransformasikan pasar ke arah sistem penerangan lampu yang berkualitas tinggi dan efisiensi energi tinggi, kedua, mekanisme regulasi, serta pemantauan pasar, verifikasi, dan penegakan hukum dan terakhir, penerapan model bisnis baru dan peningkatan kesadaran publik dalam rangka meningkatkan penetrasi dan aplikasi teknologi penerangan efisiensi tinggi.

"Kegiatan pada malam hari ini merupakan bentuk sinergisitas yang sangat baik oleh Kementerian ESDM dan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dalam upaya bersama untuk memajukan perekonomian daerah sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca sebagai langkah strategis di sektor pengembangan infrastruktur daerah untuk transisi menuju energi yang berkelanjutan yang merupakan salah satu isu utama dalam Forum Presidensi G20 di Indonesia," ujar Sahid.

Sahid menjelaskan, upaya sinergisitas ini dimulai dari penandatanganan Nota Kesepahaman antara Bupati Lombok Barat dengan Direktur Konservasi Energi tanggal 17 Desember 2021 tentang Penerapan Konservasi Energi Pada Alat Penerangan Jalan di Kabupaten Lombok Barat.

Berdasarkan nota kesepahaman inilah maka dimulailah kerjasama untuk memajukan pangsa pasar lampu produksi dalam negeri baik lampu indoor maupun alat penerangan jalan di Lombok barat sebagai salah satu daerah percontohan.

"Proyek ADLIGHT-EBTKE telah memberikan hibah percontohan dengan memasang 552 lampu Alat Penerangan Jalan (APJ) yang bapak ibu dapat saksikan sendiri sepanjang jalan baypass 1 dan 2 serta ruas jalan lain termasuk jalan permukiman. Proyek percontohan hibah ini sudah diresmikan pada tanggal 18 Maret 2021 dan telah mendapat apresiasi dari banyak pihak,"ungkap Sahid.

Dari lampu hibah percontohan APJ tersebut meningkat ke Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) Prakarsa badan usaha (unsolicited) pada APJ dimana dalam waktu dekat ini akan memasuki fase Request for Proposal (RfP) sebagai fase akhir dari proses transaksi sebelum penandatanganan Perjanjian KPBU.

KPBU Unsolicited APJ Pertama

Sahid mengungkapkan, KPBU unsolicited pada APJ di Kabupaten Lombok Barat ini adalah yang pertama di Indonesia dan diharapkan selesai dengan baik untuk menjadi contoh bagi pelaksanaan kegiatan serupa di Tanah Air. Untuk itu, perlu segera di akselerasi dan dijaga dengan baik supaya mampu memberikan hasil terbaik bagi kemakmuran masyarakat di Kabupaten Lombok Barat.

Setelah sektor residensial dan bangunan, maka sektor selanjutnya yang akan diberikan bantuan penerangan adalah primadona perekonomian di Lombok dan NTB yaitu melalui sektor pariwisata dengan melaksanakan kegiatan pemasangan lampu hibah berteknologi LED efisien energi dari proyek ADLIGHT yang merupakan produksi dalam negeri berjumlah 3.700 lampu.

Di acara yang sama, Head Of Environment Unit UNDP Indonesia Aretha Aprilia mengapresiasi kerja sama yang sudah terjalin dengan Kementerian ESDM dan Pemerintah Daerah Lombok Barat dalam mendorong penggunaan lampu LED dengan tingkat energi efisiensi yang tinggi. karena menurutnya penggunaan alat penerangan baik di residensial bangun bangunan komersial maupun jalan umum merupakan pengkonsumsi energi yang jumlahnya sangat signifikan.

"Di Indonesia sendiri, tingkat konsumsi energi di sektor bangunan menempati urutan kedua setelah sektor industri. Nah penggunaan energi yang berlebihan akibat pemakaian alat penerangan yang tidak efisien bukan hanya memboroskan biaya, tetapi juga berkontribusi pada emisi gas rumah kaca yang menjadi penyebab perubahan dan krisis iklim yang tengah dialami oleh dunia, termasuk juga Indonesia. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari kontribusi pada penanggulangan perubahan iklim pemerintah Indonesia yang telah berkomitmen mengurangi 358 juta ton karbon dioksida dari sektor energi pada tahun 2030," pungkas Aretha. (RWS)


Contact Center