Dukung Generasi Handal Panas Bumi, GGTC Kembali Digelar

Senin, 31 Oktober 2022 | 11:25 WIB | Humas EBTKE

YOGYAKARTA – Pemerintah terus berupaya mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) guna mendukung percepatan pengembangan panas bumi. Salah satunya melalui penyelenggaraan kegiatan transfer knowledge, Geothermal Goes to Campus (GGTC), yang diharapkan dapat menjawab salah satu tantangan pengembangan panas bumi, yaitu terbatasnya sumber daya manusia yang memiliki keahlian di bidang panas bumi.

“Panas bumi diharapkan menjadi tulang punggung penyediaan energi di masa depan, ditargetkan dapat memberikan kontribusi sebesar 16% terhadap konsumsi energi nasional atau setara 7,2 GW pada tahun 2025. Oleh karenanya, peran panas bumi menjadi sangat strategis sehingga perlu dukungan berbagai pihak, termasuk dukungan temuan teknologi dan penelitian baru,” kata Direktur Panas Bumi, Harris pada acara Geothermal Goes to Campus, di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) ‘Veteran’ Yogyakarta, Sabtu (29/10).

Menurut Harris, terbatasnya sumber daya manusia yang memiliki keahlian dibidang panas bumi memiliki dua sisi sekaligus. Kondisi ini, disatu sisi menjadi hambatan dalam pengembangan panas bumi, tapi disisi lain menjadi peluang mahasiswa yang telah menyelesaikan studi untuk mulai memasuki dunia kerja.

“Sektor ini memberikan kesempatan besar, yang semestinya bisa dimanfaatkan oleh adik-adik, terutama mengingat pengembangan 7000 MW tambahan PLTP tentu akan memerlukan SDM dalam jumlah yang banyak. Namun demikian, supaya pembangunan tersebut dapat berlangsung lebih cepat perlu dukungan SDM yang lebih siap pakai. Disinilah tujuan acara ini,” tandasnya.

Lebih lanjut Harris menjelaskan, Geothermal Goes to Campus dilaksanakan guna membangun link and match antara kebutuhan industri panas bumi sebagai pengguna SDM dengan kampus sebagai penghasil SDM. Dalam program, dihadirkan narasumber praktisi yang berkecimpung dan bekerja pada perusahan pengembang panas bumi untuk memberikan gambaran seperti apa ilmu yang dipelajari di kampus, dan bagaimana implementasinya di lapangan.

Terkait hal tersebut, dosen pengasuh diharapkan dapat mempersiapkan kurikulum kampus dengan menyesuaikan materi pembelajaran dengan kebutuhan industri panas bumi. Sementara bagi mahasiswa yang tertarik untuk bekerja di sektor panas bumi dapat mempersiapkan diri sejak dini untuk menyesuaikan kompetensi dengan kebutuhan kerja.

“Selain itu, program ini juga diharapkan mendorong ketertarikan dari kampus maupun adik-adik, untuk melakukan penelitian-penelitian di bidang panas bumi, yang akan bermanfaat untuk pengembangan panas bumi di masa datang,” imbuh Harris.

Pada kesempatan ini, Harris juga menyampaikan bahwa dalam pengembangan panas bumi masih sering berhadapan dengan permasalahan sosial yang berkaitan dengan penolakan masyarakat. Seringkali masyarakat menerima informasi yang tidak benar dari pihak yang tidak bertanggungjawab mengenai pengembangan panas bumi yang memicu munculnya penolakan baik dari LSM maupun masyarakat.

“Kami mengharapkan dukungan perguruan tinggi sebagai lembaga yang karena independensinya dipercaya oleh masyarakat, dapat memperbanyak penyampaian-penyampaian informasi yang sebenarnya dan positif. Dengan begitu, masyarakat mendapatkan pencerahan dan informasi yang benar terkait pengembangan panas bumi,” pungkas Harris. (RWS)


Contact Center