Pemerintah Dorong Transformasi Ketenagalistrikan Untuk Penyediaan Energi Bersih

Wednesday, 30 November 2022 | 12:05 WIB | Humas EBTKE

 

JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengharapkan sektor ketenagalistrikan dapat bertransformasi untuk menyediakan energi bersih melalui pengembangan energi baru, terbarukan dan efisiensi energi dalam menjaga ketahanan energi sekaligus mewujudkan kemandirian energi jangka panjang. Hal ini disampaikan dalam peringatan Hari Listrik Nasional ke-77 (Selasa, 29/11) yang mengambil tema Post G20 Summit: Energy Transition Road Map to Achieve Net Zero Emission in 2060.

“Saya berharap agar ketenagalistrikan dapat bertransformasi untuk menyediakan energi bersih yang andal, aman, ramah lingkungan dan menjaga masyarakat diseluruh pelosok tanah air dengan harga yang terjangkau,” ungkapnya.

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali lalu, lanjut Menteri Arifin, telah menghasilkan kesepakatan sebanyak 52 poin kesepakatan Kepala Negara G20 guna mendorong pencapaian tujuan masyarakat dunia melalui upaya dan komitmen di berbagai sektor, diantaranya energi dan sumber daya mineral.

“Dua poin khusus terkait sektor energi yang disepakati adalah mempercepat dan memastikan transisi energi yang berkelanjutan, adil, terjangkau dan investasi yang inklusif. Dan juga Bali Compact serta Peta Jalan Transisi Energi disepakati menjadi panduan untuk mencari solusi mencapai stabilitas pasar energi, transparansi dan keterjangkauan,” jelasnya.

Mengambil momentum KTT G20 dan Hari Listrik Nasional, lanjut Menteri Arifin, hendaknya menjadi motivasi bagi semua pihak sesuai dengan peranannya untuk terus mendorong percepatan transisi energi melalui pengembangan energi baru, terbarukan, dan efisiensi energi dalam menjaga ketahanan energi, sekaligus mewujudkan kemandirian energi jangka panjang.

"Untuk itu saya berharap agar sektor ketenagalistrikan dapat bertransformasi untuk menyediakan energi bersih yang andal, aman, ramah lingkungan dan menjangkau masyarakat di seluruh pelosok tanah air dengan harga yang terjangkau," pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi yang bertindak pula sebagai Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Ketenagalistrikan menyampaikan bahwa untuk melakukan transformasi diseluruh sistem ketenagalistrikan menuju Net Zero Emission (NZE) sektor energi membutukan upaya dan investasi yang sangat besar. Oleh karenanya Ia mengajak semua pihak untuk melakukan inovasi sebagai salah satu breakthrough terhadap 120 Juta Ton emisi di tahun 2060.

“Bagaimana clean energy ke depan, sektor BBM yang langsung dipakai baik di industri dan transportasi tahun 2060 bukan akhir dari pemanfaatan bahan bakar cair,” tuturnya.

Lebih lanjut Ia mengatakan bahwa Kementerian ESDM telah memfinalkan Peraturan Menteri ESDM terkait Nilai Ekonomi Karbon, yang pengaturannya telah diterbitkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. “Pada bulan Desember nanti, pemerintah melakukan akan uji coba carbon trading di PLTU, sehingga pada 1 Januari 2023 bisa mulai dilakukan carbon trading di pembangkit,” tandasnya.

Sebagai informasi, peta jalan transisi energi menuju karbon netral yang telah disusun Indonesia, tentunya sudah selaras dan seiring dengan hal-hal yang dideklarasikan pada penyelenggaraan G20 lalu. Dalam Indonesia energy transition road map sebagai strategi untuk mencapai target penurunan emisi sekitar 1,526 juta ton CO2 pada tahun 2060 atau lebih cepat dengan dukungan internasional, dari sisi supply, Indonesia telah menetapkan strategi untuk meningkatkan porsi energi baru dan terbarukan yang berfokus pada pemanfaatan energi surya, kemudian memaksimalkan pembangkit listrik tenaga air, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pengembangan Hidrogen dan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

“Kami berusaha untuk mengurangi permintaan bahan bakar fosil melalui program de-dieselisasi untuk menggantikan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan pembangkit  EBT dan secara bertahap menghentikan Pembangkit Listrik berbahan bakar fosil. Ke depannya, akan dimanfaatkan pula teknologi CCS (Carbon Capture and Storage) / CCUS (Carbon Capture, Utilization and Storage) untuk mengurangi emisi CO2 pada sistem ketenagalistrikan dan mendukung energi bersih,” pungkas Dadan. (RWS)


Contact Center