Program Implementasi Biodiesel Dorong Sawit Indonesia Berkelanjutan

Thursday, 12 January 2023 | 17:25 WIB | Humas EBTKE

MEDAN – Program implementasi biodiesel yang tengah dilaksanakan oleh Pemerintah merupakan program nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Perekonomian dan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi. Program ini wujud upaya bersama untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak bumi, sekaligus membawa sawit Indonesia menjadi lebih baik dan berkelanjutan.

“Program biodiesel ini bukan semata-mata program Kementerian ESDM untuk menggunakannya sebagai bahan bakar, tapi juga bagaimana mendorong sawit di Indonesia dapat memberikan manfaat secara luas untuk perekonomian nasional maupun secara khusus untuk petani”,  tutur Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Dadan Kusdiana saat menyampaikan sambutan dalam kegiatan Sosialisasi Implementasi B35 dan Hasil Uji Jalan B40 hari ini, Kamis (12/1).

Saat program implementasi biodiesel didesain, lanjut Dadan, harga Crude Palm Oil (CPO) berada pada kisaran 275 USD per ton dan terus meningkat seiring dengan peningkatan permintaan sawit karena implementasi biodiesel. “Bagaimana supaya kita bisa angkat harga sawit ini karena harga sawit kan otomatis nanti transfer ke harga TBS (tandan buah segar) sawit di petani. Selain itu, kita masih impor solar meskipun grafiknya makin menurun. Ini menjadi salah satu terobosan dan bukti hasil penelitian dan pengembangan dapat diimplementasikan dan memberikan manfaat yang demikian luas,” imbuhnya. TBS adalah buah kelapa sawit setelah dilepas dari tandan, yang kemudian diolah dan diproses menjadi produk utama berupa minyak sawit mentah atau CP dan minyak inti sawit atau PKO.

Selain mendorong permintaan terhadap sawit, Pemerintah juga mendorong penyebaran pembangunan pabrik pengolahan CPO menjadi biodiesel. “Sekarang banyak pabrik yang didirikan untuk mengolah CPO menjadi biodiesel, di wilayah Sumatera hingga Sulawesi. Saat ini kami sedang mendorong pembangunan pabrik di Papua untuk mendorong permintaan dan penyebaran di wilayah Papua,” kata Dadan.

Saat ini Indonesia bersiap melaksanakan implementasi peningkatan persentase pencampuran bahan bakar nabati jenis biodiesel ke dalam bahan bakar minyak jenis minyak solar dari sebesar 30% (B30) menjadi sebesar 35% (B35) mulai 1 Februari 2023.

“Bulan ini kita masih tetap B30. Mulai minggu depan seluruh pengiriman dari biodiesel ini menggunakan spek B35. Jadi Bapak Ibu selaku pengguna nanti tidak perlu khawatir. Kita pastikan kualitas produksi dan penanganan dari mulai transportasi sampai pencampuran penanganan baik secara terus menerus. Selama kita menaikkan campuran, selalu diikuti dengan peningkatan spek. Kita tekankan moto biodiesel jangan sampai menjadi pengotor,” ujar Dadan, di hadapan peserta sosialisasi yang dihadiri perwakilan dari Kementerian/Lembaga, Badan Riset, badan usaha, aosiasi dan stakeholder terkait serta perwakilan dari akademisi dan mahasiswa di sekitar Medan.

Lebih lanjut Dadan mengungkapkan, dengan diberlakukannya B35, Indonesia akan semakin dapat mengendalikan impor solar. Untuk pelaksanaan program B35 pada tahun 2023, ditargetkan penyaluran biodiesel mencapai 13,15 juta kL per tahun atau 226 ribu barel per hari. Penghematan devisa diperkirakan mencapai sekitar USD 10,75 Miliar atau setara dengan Rp161 Triliun, penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.653.974 orang dan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 34,9 juta ton CO2e.

“Presiden sudah jelas meminta untuk ini dilaksanakan dari beliau mulai pada saat program B30. Terakhir dalam sidang kabinet tanggal 6 Desember 2022, diputuskan kita lakukan dengan B35. Meskipun kami sebetulnya menyiapkan untuk B40, kami sudah siap kalau nanti diminta untuk menaikkan menjadi B40. Kita sudah tahu spesifikasi yang mana yang akan dipergunakan kecuali nanti tambahan-tambahan infrastruktur yang tetap harus kita lakukan,” terangnya.

Sebelum dilaksanakannnya peningkatan persentase pencampuran biodiesel, telah dilakukan beberapa persiapan teknis untuk memastikan performa penggunaan campuran BBN. Diantaranya pengujian pengaruh penggunaan campuran biodiesel 35% (B35) terhadap sistem filtrasi mesin diesel, dengan hasil tidak terjadi indikasi pemblokiran filter pada pengujian Filter Blocking Tendency (FBT) maupun pengujian Filter Rig Test. Rekomendasinya tidak ada pengaruh signifikan atas penggunaan B35, dimana telah dilakukan perbaikan pada spesifikasi Biodiesel yang digunakan untuk campuran tersebut.

Sementara sebagai persiapan implementasi B40, telah dilaksanakan Uji Jalan (Road Test) B40 yang telah dilaunching Menteri ESDM pada 27 Juli 2022, sebagai rangkaian akhir dari pengujian. Hasil uji ini digunakan sebagai dasar pertimbangan sebelum implementasi B40. Pada uji jalan B40 ini, dilakukan pengujian pada dua jenis campuran bahan bakar B40 yaitu B30D10 dengan formula campuran 30% Biodiesel (B100*) ditambah 10% Diesel Nabati/Diesel Biohidrokarbon/HVO (D100) juga 60% Minyak Solar (B0), dan B40 dengan formula campuran 40% Biodiesel (B100*) ditambah 60% Minyak Solar (B0).

“Kami memang melakukan uji B40 ini prinsipnya adalah keterbukaan dan objektif. Kami juga menggunakan pola mekanisme dan SOP yang sudah teruji. Tidak ada contohnya karena kita memang yang paling duluan. Terima kasih dan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam uji B40,” pungkas Dadan. (RWS)


Contact Center