Belajar Strategi Transisi Energi Perancis Menghadapi Perubahan Iklim

Selasa, 29 Januari 2019 | 15:05 WIB | Humas EBTKE

JAKARTA - Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral (BPSDM ESDM) kembali menggelar kegiatan One Hour University hari ini (29/1) dengan menghadirkan pembicara Duta Besar Perancis untuk Indonesia, Jean-Charles Berthonnet. Dalam kesempatan ini, Dubes Berthonnet menyampaikan topik France’s Energy Policy For The Fight Againts Climate Change.

One Hour University merupakan program pengembangan sumber daya manusia di lingkungan Kementerian ESDM yang mendorong beberapa aspek seperti manajemen, kepemimpinan dan produktivitas. Susetyo Edi Prabowo, Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur, Kementerian ESDM menyampaikan bahwa Pemerintah berkomitmen dalam meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 dan 31% pada 2050.

“Pemerintah melalui Kementerian ESDM terus bekerja sama dengan negara lain untuk mencapai komitmen ini, seperti Perancis” ujar Susetyo. Menurutnya Perancis telah memiliki pengalaman dalam mengembangkan EBT dan nuklir untuk mendukung kelistrikan di negara tersebut. Melalui kegiatan One Hour University ini, Susetyo berharap sumber daya manusia khususnya di sektor ESDM lebih mengenal bagaimana strategi transisi energi yang dilakukan Perancis dalam menghadapi perubahan iklim, yang juga dapat diaplikasikan di Indonesia.

Dalam pemaparannya, Dubes Perancis, Berthonnet menjelaskan alasan-alasan yang membuat Perancis melakukan transisi energi antaralain diantaranya karena perubahan iklim yang berbahaya yang sedang dan terus terjadi, seperti menipisnya lapisan salju di beberapa gunung, kenaikan suhu, dan tersendatnya produksi pertanian. Salah satu bentuk perubahan iklim yang terjadi di Perancis dan juga dialami di Indonesia yaitu rusaknya terumbu karang. Kerusakan terumbu karang ini membawa berbagai dampak lain seperti berkurangnya pasokan ikan, berkurangnya keanekaragaman hayati, pengurangan hasil tanam dan gelombang panas.

Berthonnet menjelaskan tentang strategi netralisasi karbon sebagai target jangka panjang Perancis di tahun 2050. Strategi ini merupakan bentuk kepatuhan Perancis tehadap Persetujuan Paris tahun 2015. Strategi ini mengarah kepada implementasi pengurangan gas rumah kaca di setiap sektor, seperti free carbon mobility, low-carbon agriculture dan transversal orientations. Cara lain yang dilakukan yang dilakukan Perancis dalam mencapai strategi netralisasi karbon ini adalah dengan melakukan penggabungan kelistrikan sebesar 40% pada tahun 2030.

Terakhir, Berthonnet memperkenalkan AFD (Agence Francaise De Developpement) atau French Agency for Development, yang merupakan badan keuangan Perancis yang berdedikasi untuk melawan kemiskinan dan menyuarakan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). AFD telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 2007. Indonesia menjadi perhatian AFD, karena Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi aktor aktif dan berkomitmen dalam menanggulangi dan mencegah perubahan iklim. Indonesia juga merupakan salah satu negara berkembang pertama yang mengadopsi kebijakan iklim di tingkat nasional dan daerah. (RWS)


Contact Center