GIZ dan DItjen EBTKE Lakukan Studi Kebijakan Pendukung dan Insentif Finansial untuk Mempercepat Penerapan Teknologi Efisiensi Energi pada Sektor Refrigeration and Air Conditioning (RAC) di Bangunan

Selasa, 7 November 2017 | 18:55 WIB | Rakhma Wardani

Dengan dihilangkannya subsidi listrik untuk sebagian besar kelas tarif pelanggan, maka biaya energi juga akan semakin meningkat sehingga dapat membuat pemilik bangunan untuk melakukan upaya-upaya efisiensi energi (EE).  Akan tetapi, sebagian besar individu yang terlibat dalam perencanaan, investasi, operasi dan perawatan sistem pendingin di gedung masih belum mempertimbangkan cara dan keuntungan penghematan dari instalasi peralatan Refrigerasi dan Tata Udara (Refrigeration and Air Conditioning – RAC) yang hemat energi dan ramah iklim.

Kebijakan pendukung dan program insentif merupakan katalis penting untuk mempercepat implementasi peralatan RAC yang hemat energi dan ramah iklim.  Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) bekerjasama dengan the Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH atas nama Kementerian Federal Jerman untuk Lingkungan, Konservasi Alam, Bangunan dan Keamanan Nuklir (BMUB) melalui proyek Green Chillers NAMA, untuk membuat kajian mengenai program insentif yang dapat diterapkan pada berbagai tingkatan yang meliputi insentif pada level produksi (upstream), retailer (midstream) dan pengguna akhir (downstream). Dengan mempertimbangkan kondisi spesifik di Indonesia, beberapa rekomendasi diberikan untuk subsektor kunci, termasuk subsektor room air conditioning, chillers dan domestic refrigeration.

Dengan mempertimbangkan kondisi Indonesia dan praktik internasional terbaik, proyek Green Chillers NAMA telah menganalisa berbagai potensi insentif dan opsi kebijakan yang berbeda untuk mempercepat implementasi peralatan RAC yang efisien dan ramah iklim di bangunan. Beberapa rekomendasi diantaranya perlunya peningkatan kesadaran (awareness) terkait efisiensi energi (EE) dengan melakukan kampanye dengan pemangku kepentingan sebagai target yang dapat menjadi kunci untuk pelaksanaan penghematan energi pada gedung, meningkatkan koordinasi antar institusi di sektor pembiayaan publik (public finance) untuk mewujudkan kerangka kebijakan EE yang konsisten untuk pemilik bangunan. Selain itu adalah investor, yang meneruskan kebijakan untuk menghilangkan subsidi dan meningkatkan harga listrik sesuai dengan harga keekonomiannya sebagai pendorong servis EE, mendesain dan memperkenalkan program insentif yang ‘straight forward’ dan ‘simple’ dapat dilakukan sebagai langkah awal untuk memperkenalkan teknologi yang efisien dan ramah lingkungan ke pasar Indonesia.

Berdasarkan kajian tersebut, program insentif yang diusulkan baik untuk mendukung produsen RAC lokal dan pengguna akhir akan mendorong perkembangan teknologi yang lebih mutakhir untuk meningkatkan EE dan penggunaan refrigeran dengan GWP rendah di sektor ini. Antara lain pengadaan barang ramah lingkungan (green public procurement) untuk AC split yang ramah iklim dan memiliki
efisiensi terbaik, mendukung konversi produksi AC split produsen lokal, program promosi chiller ramah lingkungan (green chillers) dan program ESCO.  Seluruh program yang diusulkan penting untuk menjamin terlaksananya target ambisius dan realistis yang berkaitan dengan standar produk, seperti Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM) dan labeling untuk AC, kulkas rumah tangga dan chiller.

Hasil Studi Analisis Kebijakan Pendukung dan Insentif Finansial untuk Mengakselerasi Penerapan Teknologi Efisiensi Energi pada Sektor Refrigeration dan Air Conditioning di Bangunan tersebut telah diterbitkan oleh GIZ Green Chillers NAMA bekerja sama dengan Ditjen EBTKE. Studi Analisis Kebijakan dapat diunduh disini untuk versi Bahasa Indonesia dan disini untuk versi Bahasa Inggris. (RWS)


Contact Center