Program Kemitraan Strategis, Dukung Transisi Energi Bersih Indonesia

Senin, 3 Agustus 2020 | 10:05 WIB | Humas EBTKE

JAKARTA – Berbagai upaya dan kerja keras terus dilakukan Pemerintah untuk percepatan pencapaian target bauran energi sebesar 23% di tahun 2025. Kemitraan strategis dengan dunia internasional terus dijalin untuk mendukung pemulihan aktivitas ekonomi hijau di Indonesia. Hal ini sejalan dengan kesepakatan para pemimpin global di 40 negara pada ajang KTT Transisi Energi IEA untuk menyerukan pemulihan green economy dengan sebutan Build Back Better  pada 8 Juli lalu, dimana Indonesia diwakili oleh Menteri ESDM, Arifin Tasrif.

Pemerintah Inggris dan Indonesia, dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kamis lalu (30/7) meluncurkan program kerjasama MENTARI: Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia, yang akan berjalan selama sepuluh tahun, yaitu mulai 2020 hingga 2030. Dalam sambutannya, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Ego Syahrial mengungkapkan program ini merupakan salah satu terobosan penting dari implementasi transisi energi guna menstimulus perekonomian Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Program ini diyakini mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif serta menekan kemiskinan melalui pengembangan sektor energi terbarukan.

“Hari ini adalah langkah lanjutan dari perjalanan yang di mulai tahun lalu dengan ditandatanganinya MoU dan diikuti dengan penandatanganan kesepakatan program Mentari pada tahun 2020 dan tahun 2023 oleh Duta besar Jankins dan saya sendiri. Kami menyambut baik kerja sama ini mengingat Pemerintah Inggris sudah lebih berpengalaman dalam pengembangan energi terbarukan. Inggris adalah negara tersukses di dunia yang berhasil mengurangi porsi energi fosil secara drastis sejak pandemi berlangsung”, ujar Ego.

Ego mengakui kebijakan pembatasan fisik dan isolasi untuk mengatasai penyebaran Covid-19 berdampak signifikan bagi penurunan konsumsi global. Tercatat, konsumsi bahan bakar fosil lebih rendah 17,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, hal ini justru membawa berkah karena emisi CO2 bisa turun signifikan. Oleh karenanya selama masa pandemi, produksi energi harus disesuaikan dengan mempercepat proses transisi energi bersih.

Lebih lanjut Ego pun menegaskan komitmen Pemerintah Indonesia mengurangi emisi sekaligus mewujudkan akses energi ke masyarakat akan selalu mempertimbangkan aspek lingkungan sehingga pemanfaatannya bisa berkelanjutan (sustainability).

"Komitmen Indonesia mengurangi emisi hingga 29% di tahun 2030 adalah upaya kami menuju energi bersih. Untuk mencapai hal tersebut, kami saat ini sedang mempersiapkan Peraturan Presiden tentang Feed in Tariff untuk menggenjot pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan khususnya di wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal)," pungkasnya.

Langkah konkret yang diambil Pemerintah adalah dengan mengkonversi pembangkit-pembangkit listrik berbasis fosil yang menghasilkan emisi tinggi dengan pembangkit berbasis EBT. Berdasarkan hasil inventarisasi Kementerian ESDM, tercatat ada 2.246 unit Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), 23 unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan 46 Pembangkit Listrik tenaga Gas Uap (PLTGU) yang direncanakan akan mengalami konversi dalam waktu tiga tahun. "Untuk PLTD yang dikonversi berusia lebih dari 15 tahun. Sementara PLTU dan PLTGU lebih dari 20 tahun," ungkap Ego.

Mewakili Direktur Jenderal EBTKE, Direktur Konservasi Energi, Hariyanto pada kesempatan yang sama turut menyampaikan apresiasi dan sambutan baiknya pada program Mentari yang diluncurkan. Ia mengungkapkan bahwa program Mentari ini sangat tepat apabila difokuskan pada wilayah Indonesia bagian Timur. Target 100% elektrifikasi dicanangkan pada 2020 dan salah satu fokusnya adalah bagaimana mengakselerasi pemanfaatan energi terbarukan.

“Kita juga mempunyai target 23% di tahun 2025 untuk pencapaian bauran energi terbarukan di Indonesia, jadi sangat tepat apabila difokuskan di Indonesia bagian Timur dan juga pemanfaatan energi terbarukan karena potensi energi terbarukan di wilayah Indonesia Timur sangat besar. Kami yakin dengan Program Mentari ini dapat membantu Pemerintah dalam rangka mengakselerasi target bauran energi terbarukan di Indonesia dan bisa dimulai dari Indonesia bagian Timur” pungkas Hariyanto.

Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Owen Jenkins menilai Indonesia juga punya potensi besar menjadi salah satu negara terbesar di dunia dalam pengembangan EBT di masa mendatang. Apalagi sektor tersebut baru digarap 2,4% atau 10 Giga Watt (GW) dari total kapasitas untuk dikonversi menjadi listrik sebesar 442 GW. Nantinya, Inggris akan berbagi pengalaman dalam menyiapkan kerangka regulasi di seputar energi terbarukan yang bermuara pada pembentukan ikilm bisnis yang lebih baik serta mendorong keterlibatan swasta dalam proyek-proyek EBT baik on-grid maupun off-grid terutama di Indonesia Timur. Selain bantuan teknis, mitra usaha (match-making), pengetahuan, dan inovasi, program ini akan fokus pada peningkatan kapasitas listrik di proyek mikro grid serta membangun hubungan dagang EBT di tingkat domestik maupun internasional.

"Indonesia memiliki peluang menjadi negara adidaya di sektor energi terbarukan. Apalagi kita tengah menghadapi tantangan pemulihan ekonomi global berbasis lingkungan (green economy) dan telah memasuki masa kritis dalam melawan perubahan iklim. Saya senang Inggris bermitra dengan Indonesia melalui program Mentari dalam mendukung transisi energinya," kata Jenkins. (RWS)

Materi : Tentang Program MENTARI - About MENTARI


Contact Center