Kalkulator 2050 Menjadi Senjata Perdebatan Energi Nuklir Di Inggris

Kamis, 23 April 2015 | 15:50 WIB | Ferial

EBTKE--Perwakilan Khusus Kementerian Luar Negeri Inggris untuk Perubahan Iklim, Sir David King menjelaskan Pemerintah Inggris menggunakan model Kalkulator 2050 sebagai metode untuk menjelaskan cara perhitungan energi kepada publik. Metode ini pula yang digunakan pemerintah Inggris sebagai dasar argumentasi atas perdebatan penggunaan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Inggris.

Awalnya masyarakat Inggris tidak mempermasalahkan penggunaan energi nuklir untuk pembangkit listrik. Sebelum tsunami di Fukusima, publik Inggris bisa menerima energi nuklir sebagai bentuk mengurangi perubahan iklim. Setelah tragedi kebocoran pembangkit nuklir di Fukushima, masyarakat Inggris mulai mempermasalahkan keamanan energi nuklir dan meminta pemerintah beralih pada energi angin.

Isu ini sempat mengemuka dan menjadi perdebatan di berbagai media selama 6 bulan. Pemerintah Inggris memberikan argumen dan mengggunakan sistem Kalkulator 2050 versi Inggris sebagai data dukung penjelasan pemerintah kepada publik. Masyarakat pun mulai sepakat bahwa dari kalkulasi tersebut dapat dihitung bahwa energi nulir lebih murah dan korban yang ditimbulkan akibat kebocoran pembangkit nuklir jauh lebih sedikit dibandingkan korban tsunami.

David King menjelaskan bahwa pemerintah Inggris menargetkan penggunaan energi nuklir mencapai 45-50 persen pada tahun 2050. Dari sisi biaya, energi nuklir lebih murah daripada energi angin.

Pemerintah Inggris juga berencana mengembangkan energi angin sebagai sumber energi selain nuklir karena potensi energi angin di Inggris cukup besar. Namun sayangnya pembangkitan energi angin lebih mahal. Berdasarkan pengalaman, pemerintah Inggris tetap akan mengembangkan energi angin karena jika jumlah pengguna energi angin meningkat, maka harga keekonomiannya pun akan turut. Oleh karena itu pemerintah Inggris tetap akan mengembangkan energi angin meski biayanya lebih tinggi daripada nuklir.

Pemerintah Inggris akan terus menggunakan Kalkulator 2050 agar proses investasi energi baru terbarukan bisa lebih efektif dan biaya pembangkitan energi baru terbarukan lebih murah bagi pemerintah dan sektor swasta.

Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste, Moazzam Malik menjelaskan bahwa hampir semua nagara menghadapi tantangan dalam keamanan pasokan energi yang aman dan ramah lingkungan. Kalkulator 2050 telah membantu pemerintah Inggris dalam menyusun rencana pembangunan energi Inggris dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Selain Indonesia, sistem pemodelan ini juga telah diterapkan di 10 negara termasuk China dan India. Moazzam Malik berharap Kalkulator 2050 dapat membantu Indonesia dalam mengkomunikasikan kebijakan energi kedepan dan upaya-upaya yang dilakukan dalam mengurangi dampak perubahan iklim.

Sumber : Litbang Kementerian ESDM


Contact Center