Diversifikasi Energi Harus Bersih, Murah dan Mudah

Rabu, 15 April 2015 | 10:07 WIB | Ferial

EBTKE--Kebijakan diversifikasi energi yang diterapkan pemerintah akan berhasil dan diterima baik oleh semua elemen masyarakat, bila dapat memenuhi tiga prinsip utama, yakni bersih, murah dan mudah (BMM).

Hal itu disampaikan oleh Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla dalam Seminar Indonesia dan Diversifikasi Energi di hadapan para stakeholder bidang energi, di Hotel Borobudur, Selasa 14 April 2015.

Dia menjelaskan, yang dimaksud dari prinsip BMM tersebut , pertama bersih yaitu berarti energi yang dihasilkan tidak memiliki dampak terhadap kerusakan lingkungan. "Coal, the dirty energy, paling kotor tapi paling murah, walau tidak fleksibel seperti BBM," ujar Wapres.

Kemudian, lanjut dia, murah, berarti harganya yang terjangkau tetapi menguntungkan secara ekonomi. Sedangkan mudah, artinya persediaan sumber daya alam yang melimpah dan terbarukan.

Menurut Jusuf Kalla, di zaman sekarang ini energi merupakan kebutuhan masyarakat di semua sektor, mulai dari rumah tangga, perkantoran sampai industri. Tidak ada satupun manusia yang tidak memerlukan energi, mulai dari desa sampai kota. "Kalau kita bicara tentang energi, energi itu kekuatan. Semua orang butuh energi," tutur nya.

Dia juga sependapat bahwa dengan semakin tingginya kebutuhan bahan bakar energi nasional namun disisi lain Indonesia sudah bukan lagi menjadi negara dengan produksi minyak, dengan demikian perlunya memberikan perhatian lebih pada diversifikasi energi baru dan terbarukan saat ini, mengingat kebutuhan energi terus meningkat dari waktu ke waktu. "Kalau BBM sudah kita tahu, harganya terpengaruh geopolitik. Ada perang, harga naik, kita tahu fluktuasinya," jelas Jusuf Kalla.

Indonesia, kata dia, memiliki potensi yang besar untuk menggarap diversifikasi energi. "Misalnya Geothermal, Indonesia menjadi salah satu yang terbanyak di dunia, selain New Zealand, dimana potensi kita 40.000 MW, bersih dan murah, namun tempat dan lahannya harus tetap dan investasinya masih mahal,"tandas Jusuf Kalla.

Kemudian, tambah dia, ada juga energi air (hydro), dimana Indonesia memiliki potensi dengan kapasitas luar biasa yaitu hingga 75.000 MW. "Air merupakan energi yang bersih, murah, fixed, tetapi syaratnya harus menjaga lingkungan. Kalau hutan habis, hydro habis," tegasnya.

Selanjutnya energi nuklir, lebih lanjut dia mengatakan, Indonesia juga memiliki potensi yang besar untuk mengembangkannya. Walaupun saat ini, dunia terbelah pendapatnya akibat tragedi Fukushima di Jepang. "Perlu kehati-hatian dalam mengembangkannya, sebab dapat menjadi bencana bila tidak tepat pengelolaannya,"tambah Jusuf Kalla.

Jusuf Kalla juga mencermati energi nabati yang berpotensi berkembang di Indonesia. Namun demikian, gejolak yang muncul adalah persaingan kebutuhan antara food dan fuel. "Kalau harga sawit turun, pasti datang ramai-ramai ke ESDM. Begitu harga sawit naik, lupa datang ke ESDM,"pungkasnya.

Sumber : Setwapres.go.id


Contact Center