MESDM Resmikan Uji Jalan B20

Kamis, 17 Juli 2014 | 14:14 WIB | Ferial

EBTKE-- Pemerintah melakukan uji jalan (road test) pemanfaatan biodiesel (B20) pada kenadaraan bermotor. Acara launching uji jalan ini dilakukan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (MESDM), Jero Wacik di Kementerian ESDM, Kamis, 17 Juli 2014.

Acara ini dihadiri oleh Wakil Menteri ESDM, para pejabat eselon satu dari beberapa Kementerian/Lembaga, Wakil dari Pemerintah daerah DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, Lembaga Penelitian dan Pengembangan, Para ahli bahan bakar dan Bioenergi di Indonesia, Distributor bahan bakar, Produsen BBN (Biodiesel), Perusahaan kendaraan bermotor dan alat besar, Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, dan Seluruh asosiaasi terkait.

Dalam sambutannya, Jero Wacik menekankan, penggunaan B20 ini merupakan salah satu upaya pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang saat ini hampir menyentuh Rp400 triliun. "Uang sebesar itu seharusnya bisa digunakan untuk keperluan lain yang mensejahterakan rakyat,"kata dia.

Menurut dia, selama ini subsidi yang diberikan oleh pemerintah tidak tepat sasaran. "Sekarang ini BPP untuk memproduksi premium Rp10.500, sedangkan yang dijual di pasaran 6500, selisihnya disubsidi, namun subsidinya keliru kebanyakan masyarakat mampu yang menerima padahal sesuai dengan UU yang berhak menerima subsidi adalah rakyat miskin,"papar Jero.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal EBTKE Rida Mulyana menjelaskan, uji jalan ini bertujuan agar pada saat pemanfaatan B20 tersebut pada tahun 2016 tidak berdampak negatif pada mesin. "Dengan uji jalan ini ada rekomendasi teknis sehingga tidak berdampak negatif,"ujarnya.

Tujuan lain acara uji jalan ini, sambung Rida, menjalin komunikasi dengan stakeholder sehingga membangun persepsi dan pemahaman yang sama sehingga memperkuat komitmen terhadap sukesnya program ini.

Salah satu wujud kerja sama ini adalah dilaksanakannya Uji Jalan (Road Test) Pemanfaatan Biodiesel (B20) pada kendaraan Bermotor sejauh 40.000 km dengan rute mulai dari BPPT Serpong (sebagai basecamp I) - tol jagorawi – Puncak – Cianjur – Padalarang – Cileunyi – Bandung - Lembang (basecamp II) – Subang – Cikampek – Palimanan – Karawang – Cibitung - dan kembali ke Serpong, dengan jarak tempuh per hari sekitar 500 km. Rute ini dipilih dengan mempertimbangkan kondisi real jalan seperti highway, jalan beton, jalan naik dan turun, lalu lintas padat, serta suhu dingin (Puncak). Kami mengharapkan hasil uji jalan ini dapat merepresentasikan kondisi real di lapangan, sehingga rekomendasi teknis yang diberikan pun tepat sasaran.

Kegiatan Kajian Teknis Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) pada Kendaraan Bermotor dan Alat Besar ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan komitmen bersama dalam mendapatkan data dukung teknis pemanfaatan B20 untuk mempercepat dan meningkatkan mandatori pemanfaatan BBN dalam menggantikan BBM dan energi fosil lainnya, bukan untuk mendapatkan opsi apakah B20 akan dilaksanakan atau tidak pada tahun 2016; meminimalisir permasalahan ataupun keraguan yang timbul terkait dengan implementasi BBN di dalam negeri; dan mendorong industri kendaraan bermotor dan alat besar untuk menghasilkan teknologi mesin yang dapat menggunakan Bahan Bakar Nabati dengan campuran diatas 20% hingga 100% (B20—B100).

 

Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia telah mencapai sekitar 1,5 juta barel per hari dan diperkirakan akan terus meningkat, padahal kemampuan produksi minyak bumi cenderung menurun dan kapasitas kilang BBM pun masih terbatas. Total impor BBM saat ini mencapai sekitar 500 ribu barel per hari. Impor BBM yang demikian tinggi telah menjadi salah satu penyebab utama terjadinya defisit pada neraca pembayaran Indonesia yang terjadi sejak tahun 2012. Disisi lain, Indonesia memiliki potensi bahan baku biodiesel sebagai pengganti BBM Solar yang sangat besar, misalnya crude palm oil (CPO). Saat ini produksi CPO mencapai sekitar 30 juta ton per tahun dengan jumlah ekspor sekitar 20 juta ton per tahun. Secara kasar, 1 juta ton CPO per tahun dapat diolah menjadi 20 ribu barel biodesel per hari.

Oleh karena itu, untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM, perlu dipercepat pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagaimana telah diatur melalui Permen ESDM nomor 25 tahun 2013 yang mewajibkan antara lain pemakaian biodiesel sebesar 20% pada kendaraan bermotor pada tahun 2016.

Untuk mendapatkan rekomendasi teknis yang lebih komprehensif guna mendukung keberhasilan implementasi B20, Ditjen EBTKE-Kementerian ESDM bersama stakeholder terkait, pada tahun ini melakukan kegiatan Kajian Teknis Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) pada Kendaraan Bermotor dan Alat Besar.

Kegiatan ini merupakan kerja sama antara Kementerian ESDM (Ditjen EBTKE dan Balitbang ESDM), BPPT, PT. Pertamina, Aprobi, Gaikindo, Hino, Aspindo, dan Hinabi. Peran dari masing-masing pihak adalah sebagai berikut :

  1. Dirjen EBTKE, melakukan perencanaan, pendanaan, dan pengawasan kegiatan, serta menyediakan satu kendaraan storing yang juga menggunakan B20;
  2. BPPT, menyediakan fasilitas pencampuran dan pengisian bahan bakar, pengujian mutu bahan bakar, dan pengujian kinerja mesin kendaraan bermotor;
  3. PPPTMGB Lemigas, melakukan pengujian pelumas dan membantu pengujian mutu bahan bakar yang tidak dapat dilakukan BPPT;
  4. PT. Pertamina, menyediakan Minyak Solar (B0) sesuai dengan kebutuhan selama pengujian beserta fasilitas pendukungnya;
  5. Aprobi, menyediakan Biodiesel (B100) sesuai kebutuhan selama pengujian;
  6. Gaikindo, meminjamkan 6 (enam) unit kendaraan bermotor dengan merk Toyota jenis Innova 2 (dua) unit, Mitsubishi – Pajero 2 (dua) unit, dan Chevrolet-spin 2 (dua) unit, dan
  7. Hinabi dengan Aspindo dan Hino, berinisiatif melakukan pengujian pemanfaatan B20 pada alat besar dan kendaraan besar.

 

 


Contact Center