Pulau Kalimantan Cocok Dikembangkan PLTN

Senin, 4 Agustus 2014 | 15:55 WIB | Ferial

EBTKE--Telah dilakukan Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir yang diselenggarakan oleh BATAN bekerja sama dengan Universitas Tangjungpura pada tanggal 19 Juni 2014 di Gedung Rektorat Universitas Tangjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat. Seminar ini menampilkan pembicara kunci Prof. Dr .Ir .H. Gusti Muhammad Hatta, MS. (Menristek RI), Dr. Ir. R. Sukhyar, (Dirjen Mineral dan Batubara, KESDM), dan Prof. Dr. H. Thamrin Usman, DEA, (Rektor Universitas Tanjungpura).

Sebagai pembicara pertama, Menristek memaparkan penerapan energi nuklir dalam bentuk PLTN memerlukan waktu 8-10 tahun. Sedangkan kebutuhan energi listrik Indonesia sulit terpenuhi yaitu 110 GWe pada tahun 2025 yang artinya memerlukan pembangunan pembangkit listrik baru sebesar 70 GWe lebih dalam waktu 11 tahun. Menristek juga memaparkan pembangunan PLTN dengan daya kecil dan menengah dapat dijadikan sebagai alternatif solusi bagi penyaluran subsidi BBM yang lebih tepat guna.

Seperti diketahui bahwa subsidi BBM pada RAPBN-P 2014 membengkak menjadi 285 triliun per tahun. Beliau mencontohkan bahwa alokasi khusus dari subsidi BBM ini untuk pembangunan PLTN kecil yang berkisar pada 6 Triliun rupiah saja akan cukup untuk membangun sejumlah pembangkit yang sangat dibutuhkan untuk sentra industri/tambang sekaligus pemukiman di luar pulau Jawa. Hal ini tidak hanya memenuhi kebutuhan listrik di daerah untuk kebutuhan perumahan namun juga akan memicu penguatan dan sebaran industri kedepannya.

Pembicara dari Kementrian ESDM memaparkan status penerapan UU Minerba No.4/2009 dimana banyak pertambangan berada dalam status membangun smelter. Kalimantan Barat sebagai penghasil bauksit, memerlukan banyak smelter yang memerlukan energi besar disamping kondisi pulau Kalimantan sendiri secara keseluruhan mengalami kekurangan energi listrik. Energi listrik merupakan alternatif untuk mendukung pengembangan smelter untuk menghemat energi gas dan batubara Kalimatan.

Rektor Universitas Tanjungpura memaparkan kondisi negara maju terutama negara Prancis, USA, Jepang dll bahwa sistem negara maju mempermudah rakyat untuk tidak setuju terhadap PLTN. Faktor pendidikan rakyat negara maju membuat rakyat mampu berpikir logis bahwa penggunaan PLTN memiliki banyak keuntungan untuk menopang kesejahteraan mereka.

Ketiga pembicara ini mendukung pengembangan energi nuklir dalam bentuk PLTN karena disamping bebas karbon dan faktor kebutuhan listrik yang mengalami kekurangan, frekuensi gempa pulau Kalimatan sangat kecil sehingga harga konstruksi bisa lebih murah dibandingkan dibangun di daerah yang memiliki potensi gempa besar.

Seminar dilanjutkan dengan penampilan sidang poster dan sidang oral paralel dengan jumlah karya tulis ilmiah sebanyak 105 makalah dari berbagai institusi Indonesia yang mengembangkan energi nuklir seperti BATAN (PTKRN, PKSEN, PSTA, PRFN, PTBGN, PTBBN PDK, STTN, PSTBM), UNTAN, BAPETEN, Kementrian RISTEK, Teknik Nuklir UGM, ATK Kementrian Perindustrian Yogyakarta, UNHAS SulSel, BAPEDDA KalBar, dan Universitas Muhammadiyah Pontianak. Selain itu seminar yang ini juga dihadiri oleh peserta lainnya dari akademisi, jajaran Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat, praktisi industri lokal di Kalbar dan perwakilan industri nuklir berskala internasional.

Sumber : Website resmi Batan


Contact Center