Mandatory BBN Ditargetkan Dapat Menghemat Devisa US$6,7 Miliar

Kamis, 25 September 2014 | 15:25 WIB | Ferial

EBTKE-- Pemerintah menargetkan penghematan devisa sebesar US$6,7 miliar dari program mandatori pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No.20 Tahun 2014.

“Saat ini pemanfaatan Biodiesel untuk sektor transportasi dan industri adalah sebesar 10 persen (B10) dan akan terus ditingkatkan dari 20 persen (B20) menjadi 30 persen (B30) pada 2016, dari sini kita targetkan penghematan devisa US$6,7 miliar,"kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Rida Mulyana di Kampus ITB, Bandung, Selasa, 23 September 2014.

Dia menjelaskan, selama ini kebutuhan energi Indonesia 94 persen masih bergantung pada fosil namun kondisi ini tidak dapat terus dibiarkan."Jika tidak berubah maka bukan hanya dari sisi keuangan yang harus dikeluarkan besar untuk memenuhi kebutuhan BBM namun juga ketergantungan terhadap negara lain artinya kemandirian energi akan tergerus,"tegas Rida.

Mengingat kondisi seperti ini, sambungnya, maka pemanfaatan BBN merupakan solusi untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM. "Potensi sawit kita berlimpah karena produksinya 40 persen, harusnya kita bisa terdepan,"pungkasnya.

Seiring dengan semakin meningkatknya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) jenis minyak solar dalam negeri dengan laju rata-rata mencapai 5 persen pertahun, dengan produksi dalam negeri hanya 75 persen dari total kebutuhan dan cadangannya yang semakin menipis, maka penggunaan biodiesel produksi dalam negeri yang potensinya melimpah di Indonesia sebagai bahan bakar pengganti minyak solar, merupakan salah satu upaya yang diperlukan untuk mengurangi defisit anggaran dan ketergantungan pada bahan bakar minyak.

Tahun 2012, produksi minyak mentah Indonesia sekitar 860 ribu barel per hari (bph) sedangkan kebutuhannya mencapai 1,3 juta bph. Sehingga harus mengimpor sekitar 500 ribu bph minyak mentah dan BBM.

 

 


Contact Center