Perkembangan Teknologi Dorong Pengembangan Energi Terbarukan Di Denmark

Senin, 23 Januari 2017 | 17:01 WIB | Ferial

EBTKE--Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) bekerjasama dengan Danish Energy Agency (DEA) menyelenggarakan Study Visit ke Denmark sebagai bagian dari Kerja Sama Sektor Strategis kedua negara.

Study visit yang diikuti para pegawai KESDM, Setjen DEN, Setkab, Kemenko Perekonomian, Kemenko Maritim, BPPT, Pemkab Jeneponto, PT PLN, PT PJB dan PT Adaro Energi, bertujuan untuk mempelajari integrasi listrik yang dihasilkan dari sumber energi terbarukan ke dalam sistem jaringan listrik Denmark dan Uni Eropa dan selain itu juga memperdalam penggunaan modelling tool dalam perencanaan sistem tenaga listrik melalui pembahasan dan diskusi langsung dengan para pengguna tool tersebut di DEA.

Denmark adalah negara yang berhasil mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu, dimana sekitar 40 persen energi listrik yang dihasilkan negara ini berasal dari energi angin. Saat ini Denmark bahkan sudah membangun dan mengoperasikan PLTB di tengah laut (offshore). Dengan berkembangnya teknologi, biaya produksi listrik dari PLTB semakin murah dan saat ini di Denmark sudah mencapai sekitar 6 sen US$ per kilowatt hour (kWh). Harga yang rendah ini tercapai karena iklim investasi yang baik dan dukungan insentif dari Pemerintah Denmark.

Para pakar di DEA juga menyampaikan bahwa saat ini trend yang terjadi adalah membangun banyak pembangkit listrik kecil di lokasi tersebar yang dekat dengan konsumen dibanding membangun satu atau dua pembangkit besar secara terpusat. Hal ini terkait dengan target untuk memanfaatkan secara maksimal energi angin dan terbarukan lainnya yang tersebar di berbagai lokasi.

Delegasi juga berkesempatan belajar dari pengalaman Denmark dalam mendorong bisnis energi listrik agar lebih kompetitif sehingga menguntungkan bagi konsumen maupun produsen listrik. Denmark memiliki satu perusahaan transmisi (Transmission System Operator) yang akan membeli listrik yang dihasilkan perusahaan-perusahaan pembangkit dan kemudian menjual listrik tersebut ke perusahaan distribusi. Pihak TSO akan menetapkan pproyeksi kebutuhan listrik 1 hari ke depan, kemudian menggelar bidding yang diikuti seluruh perusahaan pembangkit untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut.

Perusahaan pembangkit yang memberikan penawaran terendah akan memberikan pasokan listrik untuk hari tersebut. Sistem bbidding ini hanya akan bekerja jika tidak ada moral hazard dari perusahaan-perusahaan pembangkit, misal melalui kolusi dan kongsi permainan harga.

https://kbricph.dk/index.php/berita-kegiatan/berita-kbri/159-kunjungan-kerja-delegasi-renewable-energy-integration-energy-modelling-kementerian-esdm-ke-denmark


Contact Center