Sharing Knowledge bersama Energi Muda Banyuwangi

Tuesday, 2 March 2021 | 11:15 WIB | Humas EBTKE

JAKARTA – Isu energi baru terbarukan kini menjadi topik hangat yang menjadi pembicaraan khalayak, utamanya di masa sekarang dimana regulasi baik itu Undang-Undang dan Peraturan Presiden tentang Energi Baru dan Energi Terbarukan (EBT) sedang digodok. Untuk mengetahui update regulasi dan grand strategi pengembangan EBT di Indonesia, para energi muda melalui Dewan Energi Mahasiswa (DEM) wilayah Banyuwangi, menyelenggarakan Banyuwangi Energy Youth Forum, sebagai forum menambah wawasan dan diskusi terkait EBT.

“Banyuwangi ini punya potensi dan sumber daya yang ada di pantai, tambang emas, uranium dan panas bumi. Kami berharap melalui forum Banyuwangi Energy Youth ini bisa memberikan wawasan untuk kami pemuda di Kabupaten Banyuwangi mengenai pengembangan energi bersih”, ujar Rifqi Nuril Huda, Ketua DEM Banyuwangi pada sambutannya membuka acara secara virtual kemarin (1/3)

Mewakili Direktur Jenderal EBTKE, Hendra Iswahyudi, selaku Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur EBTKE memaparkan bahwa progress pengembangan EBT dari tahun 2015 ke 2020 cukup bagus, namun untuk mencapai target 23% harus lebih ditingkatkan. Peningkatan ini terlihat dari pengembangan Biodiesel dan Biomassa (untuk sektor transportasi dan pembangkit listrik), pengembangan Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP), peningkatan kapasitas PLTA, juga pembangunan PLTS Terapung, Atap dan Terpusat.

“Fokus kita selain mempercepat bauran EBT juga mempertimbangkan biaya pembangkitan yang kompetitif, upaya Pemerintah untuk menekan biaya pokok penyediaan tenaga listrik atau biaya pembangkitan yang ujungnya atau hilirnya itu tarif tenaga listrik menjadi kompetitif, itulah yang menjadi konsen kita. Jadi sekarang kita terus mencari proyek EBT yang cepat dibangun dengan biaya yang kompetitif”, pungkas Hendra.

Terkait pertumbuhan konsumsi listrik untuk saat ini, karena pandemi yang awalnya perkiraan naik, menjadi turun sebesar 0,6%. Menyikapi ini perlu strategi khusus agar supply dan demand bisa seimbang. Misalnya PLN dan Pemerintah bersinergi menggalakkan kompor induksi kepada industri UMKM dan juga pengembangan kendaraan listrik. Selanjutnya selain menggencarkan EBT untuk mempercepat target 23%, juga terus konsisten menggaungkan efisiensi energi dan konservasi energi.

Di hadapan para mahasiswa, Hendra menjelaskan bahwa sebagai pengembangan PLTS, nantinya akan dibangun PLTS dengan skala besar di Provinsi NTT dengan kapasitas 10,7 GW, dan juga di Kalimantan Barat, sehingga nantinya Indonesia bisa mengekspor listrik ke Sabah, Malaysia. Pemanfaatan bekas lahan tambang pun akan didorong untuk dimanfaatkan sebagai area pembangunan PLTS, juga menggenjot pembangunan PLTS Terapung seperti yang sedang dilaksanakan di Waduk Cirata. Saat ini Pemerintah juga sedang menggenjot PLTD hybrid, dikonversi maupun diganti dengan PLTS dengan baterai agar handal dan biayanya lebih murah.

Potensi panas bumi yang dimiliki Indonesia sangat besar, termasuk di Banyuwangi. Namun pengembangan panas bumi membutuhkan modal yang besar, jadi untuk saat ini upaya Pemerintah untuk mengembangkan panas bumi dengan membantu pada proses drilling meningkatkan kualitas data sebelum wilayah itu ditawarkan kepada perusahaan atau dilelang. Kementerian ESDM melalui Badan Geologi lah yang melakukan eksplorasi hingga pengeboran.

“Yang tak kalah penting mengejar target 23% di 2025, perlu adanya sinergi atau ekosistem pentahelix yaitu sinergi yang kuat antar Pemerintah, swasta, industri, lembaga, komunitas, kampus sehingga program-program EBT bisa tercapai. Diharapkan rekan mahasiswa dapat meningkatkan inovasi riset, juga menjadi corong informasi meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap EBT dan juga efisiensi energi”, jelas Hendra. (RWS)


Contact Center