Pelatihan Warga 3T sebagai Operator PLTS Komunal Terpusat

Tuesday, 8 March 2022 | 16:05 WIB | Humas EBTKE

JAKARTA - Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian ESDM (BPSDM ESDM) bekerja sama dengan United Nations Development Programme (UNDP) menyelenggarakan pelatihan dan sertifikasi pengelolaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terpusat untuk  50 operator lokal yang berasal dari 23 desa terluar, terdepan, dan terpencil  (3T) di wilayah Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Kalimantan Tengah. Pelatihan ini dilakukan untuk menyiapkan warga setempat agar mampu secara mandiri mengoperasikan dan merawat PLTS komunal.

Kegiatan pelatihan ini merupakan bagian dari proyek Accelerating Clean Energy Access to Reduce Inequalities (ACCESS). Proyek ini dilaksanakan untuk menyediakan listrik bagi sekurang-kurangnya 20.000 orang dan air bersih bagi 5.000 orang di Indonesia dan Timor-Leste. ACESS merupakan kemitraan antara UNDP Indonesia dan Kementerian ESDM dengan dukungan pendanaan dari The Korea International Cooperation Agency (KOICA) yang dilaksanakan sejak 2020 sampai 2023.

Pelatihan ini dilaksanakan di Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (PPSDM KEBTKE) di Ciracas, Jakarta Timur, yang akan dilaksanakan mulai Maret hingga Juni 2022. Dalam pembukaan pelatihan, Laode Sulaeman, Kepala PPSDM KEBTKE menyebutkan bahwa pelatihan gelombang pertama dilakukan tanggal 7 – 16 Maret 2022 dan diikuti 19 orang operator PLTS (10 laki-laki dan 9 perempuan) dari Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Tengah. Para peserta akan mengikuti pelatihan di kampus PPSDM, praktik lapangan di Pulau Tunda Provinsi Banten, dan diakhiri sertifikasi tanggal 17-21 Maret 2022, akan melibatkan pengajar dari Kementerian ESDM, BRIN, USAID-SINAR, BUMDes Bersinar Desaku, serta sertifikasi oleh PPSDM EBTKE.

Kepala BPSDM ESDM, Prahoro Yulijanto Nurtjahyo, Ph.D, melihat pelatihan ini sebagai standar baru dalam pengelolaan pembangkit listrik di masa mendatang. “Pelatihan ini akan menjadi basis dan tonggak baru di masa depan yang lebih baik lagi untuk pengembangan energi di Indonesia, karena seberapa besar bantuan yang diberikan, pada akhirnya selalu dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten untuk mengoperasikannya”, ungkap Prahoro dalam sambutannya pada kegiatan pembukaan pelatihan, Senin (7/3). Diharapkan agar peserta nantinya menjadi tenaga operator yang kompeten untuk menjaga keandalan PLTS komunal yang dikelola.

Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Andriah Feby Misna, yang turut hadir pada kegiatan pembukaan pelatihan tersebut menyampaikan bahwa di tahun 2022 target desa berlistrik diharapkan 100%.

“Sampai tahun lalu, kita sudah mencapai rasio elektrifikasi nasional sebesar 99,45% dan 99,62% desa berlistrik, untuk mencapai 100%, Pemerintah melakukan strategi perluasan jaringan listrik pedesaan di sekitar jaringan distribusi PLN yang ada, perluasan jaringan listrik pedesaan dengan off grid untuk lokasi yang berdekatan, serta pembangunan stasiun pengisian daya untuk desa yang lokasinya berjauhan”, kata Feby.

Sejak 2011, Pemerintah telah membangun 719 unit PLTS/PLTMH dengan sistem off-grid, dengan tantangan banyak PLTS yang tidak berumur panjang karena besarnya ketergantungan terhadap Pemerintah untuk pengelolaan dan perawatannya. “Investasi PLTS tidak murah, dan dengan umur pakai 20-25 tahun, banyak yang umurnya kurang dari itu. Mendidik tenaga lokal sehingga mampu mengoperasikan dan merawat serta mengembangkan kelembagaan di desa merupakan jawaban dari tantangan ini”, pungkas Feby.

Nikka Sasongko, Program Manager KOICA Indonesia, mengapresiasi pelatihan ini sebagai jaminan keberlanjutan manfaat dari program bantuan yang diberikan Pemerintah Korea. Melalui proyek ACCESS, KOICA memberikan hibah senilai USD 18 juta untuk pembangunan listrik pedesaan dan air bersih di Indonesia dan Timor-Leste. “Kami berharap para peserta nantinya memberikan dukungan agar PLTS dapat terus bermanfaat bagi masyarakat.”

Dalam kesempatan yang sama, Dr Agus Prabowo, Senior Management Advisor for Environment and Sustainable Energy UNDP Indonesia, menyatakan bahwa operator lokal menjadi ujung tombak keberlanjutan PLTS di desa sehingga masyarakat dapat terus memanfaatkan energi, oleh sebab itu peningkatan kapasitas dan standar sangat penting. Melalui proyek ini, UNDP berharap dapat mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Nomor 7 yaitu Energi Bersih dan Terjangkau, dan kemudian menjadi pendorong tercapainya tiga tujuan lain yaitu berkurangnya kesenjangan, tanpa kemiskinan, dan pendidikan berkualitas. (ACCESS/RWS)


Contact Center