Fuel Cell Energi Masa Depan

Senin, 20 Oktober 2014 | 16:18 WIB | Ferial

EBTKE--Tantangan terpenting yang akan dihadapi dunia kedepan, salah satunya adalah kebutuhan energi yang terus meningkat. Di satu sisi, energi jelas mempunyai peranan penting guna menciptakan ketahanan nasional.

Pada dasarnya, sumber energi ada dua macam yaitu sumber energi konvensional seperti batubara, petroleum, gas alam, dan sumber energi terbarukan seperti energi matahari, fuel cell, thermo-electric generator, pembangkit listrik tenaga angin dan sebagainya.

Bersamaan dengan pencarian sumber energi terbarukan untuk jangka panjang, diperlukan juga sumber energi yang ramah secara lingkungan.

Salah satu kandidat dan sangat menjanjikan sebagai solusi sumber energi untuk masa depan dunia adalah fuel cell. Fuel cell adalah perangkat elektro-kimia yang secara langsung mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Dasar struktur fisik fuel cell terdiri dari lapisan elektrolit diapit oleh anoda dan katoda di sisi lain.

Fuel cell memiliki potensi untuk mengganti mesin pembakaran internal di kendaraan dan menyediakan energi pada pengisian bahan bakar kendaraan serta merupakan aplikasi energi portable yanghemat, bersih, dan relatif fleksibel.

Ada banyak pilihan potensial sumber mentah dari sumber terbarukan untuk mengasilkan hidrogen. Sebagai sebuah teknologi yang secara potensi dapat dimanfaatkan secara luas untuk berbagai aplikasi -termasuk transportasi, mikro power, BTS, untuk bangunan dan didistribusikan ke aplikasi pembangkitan, dan sumber energi terpusat-, aplikasi fuel cell tersebut akan menjadi industri yang berkembang di seluruh dunia.

Pada jangka pendek, produksi hidrogen yang terdistribusi melalui reform gas alam atau dengan elektrolisis- akan menjadi pendekatan yang paling memungkinkan untuk memperkenalkan teknologi hidrogen dan awal untuk membangun sebuah infrastruktur hidrogen. Sedangkan pada jangka panjang, fasilitas produksi hidrogen skala besar yang tersentralisasi berbasis pada produksi hidrogen melalui gasifikasi batubara dan melalui gasifikasi biomassa akan memberi keuntungan sekala ekonomi serta akan dibutuhkan untuk memnuhi kebutuhan hidrogen dan di masa yang akan datang akan memberikan efek yang positif bagi ekonomi nasional.

Berdasarkan data dari Buku Outlook Energi Indonesia 2014 (OEI 2014) digambarkan tentang permasalahan energi saat ini serta proyeksi kebutuhan dan pasokan energi untuk kurun waktu 2012-2035. Disampaikan bahwa keterbatasan sumber daya energi menyebabkan pada tahun 2033 total produksi energi dalam negeri (fosil dan EBT) sudah tidak mampu lagi memenuhi konsumsi domestik sehingga Indonesia akan menjadi negara net importir energi untuk skenario dasar.

Pada skenario tinggi menjadi net importir energi lebih cepat lagi yaitu pada tahun 2030 karena peningkatan kebutuhan energi yang lebih tinggi. Untuk pasokan gas, Indonesia akan menjadi negara net importir gas pada tahun2023, berdasarkan data neraca gas 2012-2025.

Ketergantungan impor energi yang tinggi dapat membahayakan ketahanan energi nasional, karenanya upaya-upaya seperti diversifikasi energy mutlak diperlukan. Untuk itu seminar ini diharapkan mampu memberikan informasi terbaru tentang fuel cell dan teknologi hidrogen dan hasil dari seminar dan memotivasi para ilmuwan peneliti dan pengampu kebijakan di Indonesia, untuk menciptakan suatu penemuan baru.

Sebagai salah satu sumber energi terbarukan, fuel cell dianggap sebagai solusi energi yang memiliki potensi menjanjikan. Dengan sifatnya yang secara langsung mampu mengubah energi kimia menjadi energi listrik, fuel cell berpotensi mengganti mesin pembakaran internal pada kendaraan sekaligus menyediakan energi pada pengisian bahan bakar kendaraan tersebut.

Melihat besarnya potensi dan peluang fuel cell dimasa depan di Indonesia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menginisiasi dibentuknya Indonesia Association Fuel Cell and Hydrogren Energy (INAFHE) sebagai wadah bagi seluruh elemen yang bergerak di bidang pengembangan fuel cell di Indonesia.

Menurut Direktur Pusat Teknologi Material BPPT yang juga adalah Ketua INAFHE, Eniya Listiani Dewi, dengan dibentuknya INAFHE diharapkan pengembangan energi fuel cell dan hidrogen di Indonesia akan lebih pesat dan terarah. "Salah satu tujuan terbentuknya INAFHE ini adalah untuk memajukan dan mengembangkan Iptek pada energi fuel cell dan hidrogen untuk kepentingan masyarakat banyak. Tujuan inilah yang harus kita jaga dan wujudkan," terangnya usai deklarasi penandatanganan pembentukan INAFHE, pekan lalu, di Jakarta.

Dengan anggota yang berasal dari berbagai unsur, Eniya berharap INAFHE dapat memperkuat serta memperluas jaringan kerjasama lintas sektor. "Anggota INAFHE terdiri dari berbagai unsur mulai dari badan Litbang, pendidikan, pemangku kebijakan sampai pada pihak swasta, kami berharap akan membawa banyak kemudahan baik bagi pelaku bisnis maupun pemerintah dalam usaha pengembangan energi fuel cell Indonesia,"pungkasnya.

Sebagai informasi, anggota INAFHE terdiri dari BPPT, LIPI, BATAN, Kementerian ESDM, ITB, UGM, Universitas Kebangsaan Malaysia, Pertamina, Total, PT Cascadiant Indonesia dan Perusahaan Prancis Air Liquide Hydrogen . Penandatangan deklarasi dilakukan oleh seluruh perwakilan dan Anggota INAFHE dan disaksikan oleh Kepala BPPT serta Perwakilan Kedubes Perancis.

Sumber : BPPT/Dari Berbagai Sumber


Contact Center