Indonesia Siap Tahan Laju Perubahan Iklim

Senin, 29 September 2014 | 15:23 WIB | Ferial

EBTKE--Berbicara di depan 40 lebih kepala negara dan kepala pemerintahan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa “Kita harus melipatgandakan upaya kita dalam kerja sama multilateral untuk memfinalisasi perjanjian yang mengikat secara hukum pasca 2020,"kata dia saat berpidato di Sesi Plenary 1 UN Climate Summit 2014 dengan tema "Catalizing Action di rangkaian Sidang Majelis Umum PBB di New York, pekan lalu.

Indonesia sudah berkomitmen untuk menurunkan emisi gas sebanyak 26 persen pada 2020. Tidak hanya itu, dengan dukungan masyarakat internasional, Indonesia berencana untuk menurunkan emisi gas sampai dengan 41 persen.

Indonesia juga sudah menghentikan pemberian lisensi baru untuk hutan primer maupun lahan gambut sejak moratorium di tahun 2011.

Presiden menekankan bahwa usaha mitigasi perubahan iklim tidak hanya bertujuan untuk menyelamatkan hutan hujan, tapi juga mensejahterakan masyarakat lokal yang bergantung pada hutan untuk bertahan hidup.

“Kami sangat senang untuk mengumumkan bahwa dengan kerja sama yang erat dengan pemerintahan Norwegia, kami tidak hanya berhasil mereduksi emisi tapi juga meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat lokal,"tutur SBY.

Indonesia, yang dikarunai oleh wilayah maritim yang sangat kaya tengah menjajaki kemungkinan blue carbon ecosystem sebagai penyerap karbon. Hal ini akan berguna untuk mendukung upaya menahan laju kenaikan suhu global di bawah dua derajat Celcius.

Suatu hal yang sangat vital mengingat banyak negara pesisir yang akan kehilangan wilayah jika temperatur dunia meningkat lebih dari dua derajat Celcius. “Indonesia juga sudah menandatangani surat penerimaan untuk Amandemen Doha mengenai Protokol Kyoto. Akhirnya, Indonesia siap untuk menguatkan kerja sama di level bilateral dan multilateral. "Kerja sama yang baik adalah suatu keharusan,"pungkasnya.

Sumber : Kementerian Luar Negeri


Contact Center