Sektor Energi Sudah Saatnya Menjadi Penggerak Ekonomi Indonesia

Jumat, 1 April 2016 | 07:13 WIB | Ferial

EBTKE--Hasil studi dan analisis beberapa pengamat dan konsultan independen menunjukkan optimisme terhadap Indonesia. Ekonomi Indonesia diproyeksikan menduduki peringkat 4 dunia di tahun 2045, dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar US$ 12.210 Miliar. Sebelumnya di tahun 2014 Indonesia menempati peringkat 9 dunia.

“Indonesia harus beralih dari pola pertumbuhan yang digerakkan oleh sumber daya serta bergantung pada modal dan tenaga kerja, menjadi pola pertumbuhan yang berbasis produktivitas tinggi serta inovasi”, kata Menteri ESDM, Sudirman Said dalam forum Bakohumas di Surabaya, Kamis, 31 Maret 2016.

Lebih lanjut Sudirman menyampaikan bahwa untuk mewujudkan hal tersebut perlu prasyarat, yaitu reformasi birokrasi, penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.

Dalam rangka menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera, serta lepas dari jebakan negara berpenghasilan menengah (middle income country trap) Kementerian ESDM saat ini gencar melakukan penataan aspek fundamental dan inovasi di sektor energi dan sumber daya mineral guna membangun ketahanan energi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Keputusan-keputusan penting yang telah ditetapkan antara lain pembenahan tata kelola, penguatan sumber daya manusia dan organisasi, sinergi dan transformasi BUMN sektor energi, intensifikasi kerja sama luar negeri, perbaikan regulasi, serta peningkatan kerjasama pemerintah dengan swasta.

Pada kesempatan tersebut, Sudirman juga menjelaskan kebijakan harga BBM, yang mulai tahun 2016 diperhitungkan per tiga bulan dengan pertimbangan melindungi kebutuhan masyarakat. Hal ini didasarkan hasil beberapa studi bahwa naik-turunnya harga BBM berdampak langsung pada sejumlah aspek, seperti transportasi, logistik, bahan pangan, deflasi dan inflasi. “Harga BBM Indonesia faktanya tidak terlalu tinggi untuk Kawasan ASEAN. Harga BBM kita masih lebih baik", tutur dia.

Di sisi lain, inovasi sektor energi juga dilakukan dengan pemanfaatan maksimal energi baru terbarukan (EBT) serta konservasi energi yang bermanfaat langsung ke masyarakat, terutama di ketenagalistrikan. Sumber energi di Indonesia saat ini masih terfokus di energi fosil. Cadangan energi fosil yang hanya mampu bertahan sekitar 10-13 tahun mendatang, tidak dapat membawa Indonesia ke kondisi yang diharapkan di tahun 2045. Sehingga pemanfaatan sumber energi lain seperti matahari, air, angin dan sumber alternatif lain yang berkelanjutan menjadi salah satu solusi.

Transformasi energi dari fosil ke energi bersih dan terbarukan akan berdampak besar pada pengeluaran dana pembangunan dari APBN, jaringan ke daerah terpencil serta tersedianya sumber energi yang berkelanjutan. “Pengembangan sektor EBT tidak boleh lagi hanya sebagai lampiran. Kita akan tempatkan tema-tema EBT di depan. Salah satunya dengan mempersiapkan Dana Ketahanan Energi (DKE) megingat umumnya EBT perlu teknologi tinggi berbiaya besar. Kita sudah tertinggal dengan negara lain, seperti Tmor Leste yang baru merdeka tapi sudah memiliki DKE”, katanya.

Pemanfaatan DKE akan sangat besar untuk meningkatkan rasio elektrifikasi, khususnya di wilayah timur Indonesia. Seperti diketahui, sekitar 12.659 desa di Indonesia belum sepenuhnya menikmati listrik, dimana 65 persen desa tersebut berada di kawasan timur Indonesia. Pemerataan akses listrik ke seluruh wilayah Indonesia melalui salah satunya program Indonesia Terang, butuh kesiapan besar baik dari segi infrastruktur, jenis sumber energi yang akan digunakan serta pembiayaan. “Listrik adalah jendela peradaban.

Pemerataan akses listrik akan membuat pendidikan terbuka, kesehatan terbantu yang berujung pada penguatan ekonomi”, ujar Sudirman.

“Kemandirian energi adalah ketika kita dapat mengelola energi sendiri. Ketika sesuatu dibangun ada di tanah sendiri. Diperlukan movement atau gerakan dan political will dari semua pihak agar kita bisa mencapai kondisi yang diinginkan di sektor energi tahun 2045. Saya sangat menghargai inovasi-inovasi yang sudah ada terutama dari pemerintah daerah,"pungkas Sudirman.

 

sumber : Siaran Pers Kementerian ESDM


Contact Center